Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S. Otoluwa, yang menyampaikan pentingnya kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi situasi darurat.

Menurut Anang, kegiatan yang diawali dengan pelatihan Tenaga Cadangan Kesehatan Emergency Medical Team (TCK-EMT) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana.

“Kita berharap dengan pelatihan ini lalu dengan simulasi yang betul-betul menyerupai keadaan sebuah bencana, latihan ini akan memberikan pengetahuan dan juga keterampilan pada seluruh komponen yang terlibat dalam penanggulangan bencana agar ketika menghadapi bencana nanti kita betul-betul sudah siap di lapangan” ujar Anang.

Lebih lanjut, Anang mengungkapkan harapannya agar pembentukan TCK-EMT tidak hanya di tingkat provinsi, tetapi juga diperluas hingga ke tingkat kabupaten/kota dan kecamatan agar respons terhadap bencana dapat dilakukan lebih cepat dan terkoordinasi.

“Kita berharap semua kabupaten/kota masuk sampai di kecamatan betul-betul bisa mempersiapkan tenaga cadangan kesehatan ini dengan baik,” tambahnya.

Senada dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S. Otoluwa, Ketua Tim Kerja Tanggap Darurat dan Klaster Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Budiman, menekankan pentingnya kegiatan ini dalam meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di tingkat provinsi. Menurutnya, respon cepat terhadap bencana sangat diperlukan, terutama mengingat Gorontalo merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam.

“Ini adalah salah satu upaya kita dalam meningkatkan kapasitas (tenaga kesehatan--Red) sehingga Provinsi Gorontalo yang kita kenal banyak terjadi bencana dan hampir setiap tahun Provinsi Gorontalo mengalami kejadian-kejadian yang sudah ditetapkan status tanggap darurat, dengan adanya pelatihan ini kita mampu melakukan koordinasi kolaborasi dalam pada tingkat kabupaten kota maupun provinsi sehingga pelayanan dapat diberikan secara cepat dan tepat,” ujar Budiman.

Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan para pemangku kepentingan dalam simulasi ini. Dengan adanya koordinasi lintas sektor, tenaga kesehatan dapat memahami peran mereka secara spesifik dalam penanganan korban bencana.

“Apa yang dilakukan oleh orang kesehatan, apa yang menjadi tugas dan fungsinya orang kesehatan itu dapat dipahami juga oleh teman-teman kita yang bukan orang kesehatan sehingga teman-teman yang lain itu dapat memberikan dukungan dengan upaya yang maksimal,” tambahnya.

Simulasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Tenaga Cadangan Kesehatan Emergency Medical Team (TCK-EMT), relawan, serta perangkat daerah terkait di antaranya Public Safety Center (PSC) 119, BPBD, Basarnas, TNI-POLRI, untuk memperkuat kolaborasi dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana.

Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi langkah konkret dalam membangun sistem kesehatan yang tanggap terhadap kondisi darurat di Provinsi Gorontalo. (mcgoorntaloprov/md/ilb/nancy)