Kakanwil Kemenag Ikuti Perekaman Video Kerukunan di Aceh

: Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Drs H Azhari MSi ikuti perekaman untuk video terkait keragaman dan indahnya kerukunan di Aceh, yang berlokasi di kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Senin (16/9/2024).


Oleh MC PROV ACEH, Selasa, 17 September 2024 | 05:16 WIB - Redaktur: Juli - 137


Banda Aceh, InfoPublik - Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Azhari mengikuti perekaman untuk video terkait keragaman dan indahnya kerukunan di Aceh, Senin (16/9/2024).

Shooting untuk video kerukunan bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 12 Rabiul Awal 1445 H dan pelaksanaan PON ke-21, yang berlokasi di kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. 

Katim Umum dan Humas Kanwil H.Ahsan Khairunan SSosI mengatakan, video kerukunan itu antara lain untuk mendukung kebijakan Kemenag dalam memupuk kerukunan umat, juga satu eviden penting bagi capaian indeks kerukunan di Aceh. "Yang sebelumnya dan selama ini memang diakui oleh tamu yang langsung hadir ke Aceh, Aceh sangat toleran, rukun, aman, nyaman, dan warganya ramah," ujarnya.

Dalam momen PON Aceh-Sumut, yang tuan rumah ramai dikunjungi tamu, Kakanwil Azhari, mengatakan pelaksanaan PON XXI Aceh-Sumut 2024 menjadi sarana mempromosikan tingginya tingkat toleransi di Aceh kepada para tamu dan atlet.

“Masyarakat Aceh tidak hanya dikenal karena kuatnya penerapan syariat Islam, tetapi juga karena sikap ramah dan terbuka terhadap tamu-tamu yang datang dari berbagai latar belakang agama, budaya, dan suku,” ujarnya.

Kemudian Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Azhari  menjelaskan bahwa masyarakat Aceh memiliki tradisi memuliakan tamu, yang telah berlangsung sejak lama.

Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah, dengan pelaksanaan syariat Islam yang sangat kuat. Namun, masyarakat Aceh juga sangat menghargai tamu, termasuk yang non-Muslim. “Pada PON kali ini, dengan hadirnya tamu dari berbagai provinsi, masyarakat Aceh sangat terbuka dan menerima dengan baik,” sebutnya. 

Lebih lanjut, Azhari mengungkapkan bahwa tamu dari berbagai latar belakang budaya dan agama merasa nyaman selama berada di Aceh. Tidak ada paksaan bagi non-Muslim untuk mengikuti aturan berpakaian yang diterapkan dalam syariat, namun tetap diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan budaya setempat.

“Bagi yang muslim tentu berpakaian muslim dan bagi yang non-muslim tidak dipaksa harus menggunakan jilbab, tapi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi,” katanya.(ril/yan)