MPR RI Gelar Wayang Kulit di Desa Gringgingsari, Sampaikan Pesan Jaga Persatuan Jelang Pilkada 2024

: Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah (kiri), menyerahkan wayang sebagai tandanya dimulai pagelaran wayang kulit di Desa Gringgingsari, Kabupaten Batang.


Oleh MC KAB BATANG, Senin, 16 September 2024 | 19:35 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 181


Batang, InfoPublik - Desa Gringgingsari di Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang kembali jadi pusat perhatian. Di tengah malam yang syahdu, pagelaran wayang kulit semalam suntuk digelar dengan Lakon "Pandu Suwargo" oleh dalang kondang Ki Atmo Subarno. Acara digelar oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI sebagai upaya melestarikan budaya sekaligus menyatukan masyarakat, terutama menjelang Pilkada 2024.

Selain wayang, acara juga menampilkan tarian anak-anak yang mengesankan, seperti tarian Babalu dan peragaan batik Gringsing yang merupakan ikon budaya lokal. Tarian-tarian ini menunjukkan bahwa seni dan budaya bisa menjadi sarana untuk mempererat kerukunan.

Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah menyatakan, pagelaran wayang kulit bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sarana menyampakan pesan-pesan moral. “Wayang itu bukan sekadar tontonan, tapi juga tuntunan. Ada nilai-nilai yang bisa kita ambil, terutama di tengah pilkada ini, penting bagi kita untuk tetap menjaga persatuan,” katanya saat ditemui di Desa Gringgingsari, Minggu (15/9/2024) malam.

Fauziah juga menekankan, pentingnya kerja sama dalam kehidupan sehari-hari, dengan mencontohkan para pemain gamelan yang tampil dalam acara tersebut.

“Kalau pemain gamelannya tidak bekerja sama, musik yang dihasilkan pasti tidak enak didengar. Ini juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Kerukunan dan kerja sama sangat penting, terutama di masa Pilkada. Pilihan boleh berbeda, tapi kita harus tetap rukun dengan tetangga,” jelasnya.

Senada dengan Sekjen MPR RI, Kepala Desa Gringgingsari Khoirudin juga mengingatkan warganya untuk tetap menjaga persatuan di tengah perbedaan pilihan politik dalam Pilkada 2024. “Membangun desa itu harus dimulai dengan menjaga kerukunan. Walaupun pilihan kita nanti berbeda, kita tetap harus hidup rukun sebagai tetangga. Jangan sampai perbedaan ini merusak kebersamaan kita,” ujar dia.

Ia pun menyampaikan apresiasi yang besar kepada MPR RI yang telah menghadirkan pagelaran wayang ini di desanya. “Kami sangat bersyukur karena tanpa harus mengajukan proposal, kegiatan ini diberikan kepada kami,” tuturnya.

Menurut Khoirudin, selain menghibur kegiatan ini juga mengingatkan pentingnya melestarikan seni budaya Jawa dalam hal ini yakni wayang sebagai warisan budaya. Pagelaran wayang kulit ini menjadi simbol bahwa meski ada perbedaan dalam pilihan politik, nilai-nilai persatuan, kebersamaan, dan kerja sama tetap menjadi yang utama. (MC Batang, Jateng/Edo/Jumadi)

 

Berita Terkait Lainnya