: Pengajian Ramadan 1445 Hijriyah, dengan tema "Dakwah Kultural Perkuat Basis Akar Rumput’ yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sleman
Oleh MC KAB SLEMAN, Jumat, 5 April 2024 | 06:49 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 118
Sleman, InfoPublik – Berdakwah di masyarakat tidak bisa dipisahkan dari adat budaya setempat. Ketua Bidang Kajian Al-Qur’an dan Hadis Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat, Muhammadiyah Ustadi Hamsah pun mengapresiasi pendekatan dakwah yang ‘ngerampungi, ora mbrebeki’.
“Agama dan budaya saling terkait satu sama lain, dan tidak bisa dipisahkan. Sekalipun agama dan budaya itu menyatu, Islam kemudian membingkainya,” ujar Ustadi ketika menjadi pemateri dalam Pengajian Ramadan 1445 Hijriah, dengan tema "Dakwah Kultural Perkuat Basis Akar Rumput’ yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sleman di Rumah Dinas Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, Rabu 3 April 2024.
Dosen Program Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga itu mengatakan ketika berdakwah semangat yang harus adalah mendekati masyarakat umum, bukannya justru menjauhi target dakwah itu sendiri.
Karenanya ia mengapresiasi pendekatan dakwah Muhammadiyah di masyarakat yang menurutnya dapat menyelesaikan masalah tanpa harus berkoar-koar. “Ngerampungi, ora mbrebeki,” katanya.
Sementara Doktor Antropologi UGM Yogyakarta, Dr. Moh. Soehadha menekankan pendekatan dakwah kultural baik di masyarakat kecil, menengah, dan bahkan atas, harus tetap mengutamkan pentingnya rasionalisasi dan transformasi budaya untuk mencapai tujuan dakwah.
Ketua Bidang Kajian Publikasi dan Kerjasama Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyinggung Islam profetik yang digagas Kuntowijoyo. Yakni dalam berdakwah harus terdapat nilai-nilai humanisasi ‘dadi uwong’ atau ‘menjadi manusia’, emansipasi dan liberasi ‘nguwongke wong’ yakni menghargai sesama manusia, dan transedensi ‘ngumawulo marang Gusti Allah’, yakni tetap berpegang pada nilai-nilai Ketuhanan yang diajarkan Islam.
Lebih lanjut, Soehadha mengajukan metode yang bisa dilakukan dalam dakwah kultural Muhammadiyah, di antaranya kesatuan, rasionalisasi, dan toleransi. Sebagai contoh, kebudayaan jathilan yang dirasionalisasi konsepnya oleh Muhammadiyah menjadi keterampilan bela diri seperti tapak suci.
“Kita tidak menolak, tetapi kita mengubah dari dalam. Apa yang diubah adalah wujud kebudayaan, yaitu sistem gagasan, nilai, norma, aturan, sistem tindakan, atau hasil karya,” tukasnya.
Sementara Ketua PDM Sleman, Harjaka menambahkan pentingnya gerakan dakwah kultural yang dilakukan organisasi besutan KH. Ahmad Dahlan ini. "Muhammadiyah harus mengambil peran dalam melestarikan kebudayaan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip agama," ujarnya.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyoroti pentingnya kolaborasi antarorganisasi Muhammadiyah dalam menghadapi era digital. “Perlu adanya kolaborasi semua ortom dan pimpinan Muhammadiyah, dan harus berani merambah dakwah dan pendidikan era digital, hal ini sejalan adanya program internet padukuhan di Kabupaten Sleman,” ujarnya.
Kustini berharap, kegiatan ini dapat mencerahkan kader Muhammadiyah dalam menjalankan prinsip-prinsip dakwah di berbagai tingkatan organisasi, dari tingkat daerah hingga ranting.(MC Kab. Sleman).