: Sekretaris Kesehatan, narasumber, kabid, para sanitasian, dan kader kesehatan, berfoto bersama usai mengikuti pembukaan Pelatihan Study EHRA (Foto: Firman)
Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Sabtu, 27 April 2024 | 16:17 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 253
Manggarai Barat, InfoPublik - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat berkomitmen dalam pencegahan penyakit menular berbasis lingkungan. Komitmen itu dimulai dengan penguatan kapasitas para petugas sanitasi (sanitarian) dan kader kesehatan yang berada digarda terdepan penanganan penyakit, terutama yang berbasis pada lingkungan.
Untuk penguatan kapasitas itu, Pemda Manggarai Barat melalui Dinas Kesehatan menggelar Pelatihan Study Enviromental Health Risk Assessment (EHRA)/Study Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan, di aula Dinas Kesehatan, Rabu (24/4/2024).
Study EHRA merupakan suatu studi partisipatif di kabupaten/kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higiene, serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga.
Ada dua hal yang menjadi fokus pada Study EHRA, yaitu fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat. Fasilitas sanitasi yang diteliti mancakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah.
Sedangkan perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higienitas dan sanitasi dengan mengacu pada STBM, mulai dari cara buang air besar, cara mencuci tangan, pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah, hingga pengelolaan air limbah rumah tangga.
Study EHRA melibatkan 22 sanitarian dari 22 puskesmas dan 30 kader kesehatan dari 30 desa se-Kabupaten Manggarai Barat, yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 33/SK/Dinkes/2024 tentang Penetapan Tim Study EHRA/Penilaian Risiko Kesehatan Karena Ligkungan.
Sekretaris Dinas Kesehatan Manggarai Barat, Tarsisius Cai, saat membuka kegiatan ini mengatakan bahwa Study EHRA ini mempedomani Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852 Tahun 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
“Pelaksanaan Program STBM di Kabupaten Manggarai Barat saat ini sedang gencar-gencarnya, baik oleh pihak pemerintah daerah melalui program rutin dinas maupun pembiayaan melalui dana desa. Semuanya bertujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan serta meningkatkan perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat” ujar Tarsi, sebagaimana release yang diterima pada Jumat (26/4/2024).
Ia juga menjelaskan bahwa data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi, termasuk advokasi di kabupaten/kota hingga kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan sebagai salah satu bahan penetapan area berisiko dan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), menentukan tingkat area berisiko di tiap kelurahan/desa sebagai masukan penyusunan instrumen profil sanitasi.
“Kegiatan Study EHRA di Kabupaten Manggarai Barat sebagai baseline data untuk menyusun dokumen SSK, sehingga pada tahap selanjutnya dapat mengusulkan berbagai kegiatan melalui program Percepatan Pemenuhan Sanitasi Pemukiman (PPSP) untuk mempercepat pencapaian target kabupaten STBM,” tutur Tarsi.
Tarsi berharap semua peserta bisa aktif mengikuti pelatihan selama satu hari itu sehingga mampu melakukan tugasnya dengan baik dan benar.
Narasumber yang tampil di pelatihan Study EHRA ini adalah Heny dari Forum Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Provinsi NTT. (MC Kabmanggaraibarat/Tian-Tim IKP Kominfo)