- Oleh MC KAB KEPULAUAN TANIMBAR
- Jumat, 16 Agustus 2024 | 14:14 WIB
: Pj Bupati Tanimbar Memukul Tifa Membuka Kegitan Rembug Stunting Percepatan Penurunan Stunting
Oleh MC KAB KEPULAUAN TANIMBAR, Sabtu, 13 Juli 2024 | 08:27 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 374
Saumlaki, InfoPublik - Prevalensi stunting di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Maluku sejak 2019 hingga 2023, angkanya fluktuatif dan cukup tinggi berdasarkan survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dan survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI).
Tercatat pada 2019 sebesar 37,39%, 2020 sebesar 15,21%, 2021 sebesar 25,19% dan 2022 sebesar 31,5%. Sementara 2023 presentase adalah sebesar 25,1%, dengan di akhir 2023 masih ditemukan 393 kasus.
“Angka tersebut menunjukan masih cukup tinggi sehingga perlu dilakukan intervensi secara serius dengan sinergi, konvergensi dan kolaborasi seluruh pihak,” ujar Pj Bupati Kepulauan Tanimbar Piterson Rangkoratat saat membuka kegiatan Rembug Stunting di Pendopo Kediaman Bupati, Saumlaki, Jumat (12/7/2024).
Sampai pada Juni 2024 sesuai data terkini by name by adrees jumlah kasus tersebut berhasil diturunkan menjadi 349 kasus dan tercatat pada beberapa kecamatan berhasil menurunkan angka prevalensi stunting walaupun tidak signifikan.
Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), serta akses terhadap pelayanan.
“Paling penting adalah pastikan kecukupan pemenuhan gizi ibu dan bayi selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia dua tahun. Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengalami malnutrisi,” tegas Rangkoratat.
Karena penyebab stunting terkait dengan faktor multi dimensi, maka semua pihak terkait harus mengambil peran dalam upaya penurunan stunting. Pemerintah daerah, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, lembaga/organisasi non pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya harus terlibat dan mengambil peran sesuai kapasitasnya masing-masing.
“Semua sektor terkait di semua tingkat pemerintahan harus terlibat secara aktif,” kata Rangkoratat.
Menurut Rangkoratat, pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyusur kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting.
“Pada hari ini, hadir pimpinan skpd terkait, para camat dan ketua tim penggerak pkk kecamatan, para kepala desa dan ketua tim penggerak pkk desa, dan para kepala Puskesmas desa lokus stunting tersebut, saudara tidak dapat bekerja sendiri-sendiri untuk menangani stunting,” sebutnya.
Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergen. Konvergensi penyampaian layanan membutuhkan keterpaduan, proses perencanaan, penganggaran, dan pemantauan program/kegiatan pemerintah secara lintas sektor untuk memastikan tersedianya setiap layanan intervensi gizi spesifik kepada keluarga sasaran prioritas dan intervensi gizi sensitif untuk semua kelompok masyarakat, terutama masyarakat miskin.
Rangkoratat pun mengajak semua pihak berkomitmen dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencegah stunting. "Karena apa yang kita lakukan sekarang merupakan investasi bagi masa depan anak-anak kita yang juga adalah masa depan bangsa kita," ujarnya.
“Kehadiran kita semua di tempat ini hendaknya kita jadikan sebagai momen penting dan asupan nutrisi yang membangkitkan semangat dan komitmen kita untuk bekerja dengan lebih baik lagi,” pungkasnya (MC Kab. Kep. Tanimbar/Wind)