:
Oleh MC KAB SIDOARJO, Senin, 11 Maret 2024 | 15:11 WIB - Redaktur: Juli - 133
Sidoarjo, InfoPublik - Pemkab Sidoarjo, Jawa Timur bersama Bulog terus melakukan operasi pasar, meskipun harga beras mulai berangsur turun.
Hal itu seperti yang terlihat di Pasar Larangan Sidoarjo. Beras medium Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP) bersubsidi terus digelontorkan. Di Pasar Larangan, jumlahnya mencapai 30 ton per hari, belum lagi di Pasar Porong sebanyak 15 ton, dan Pasar Tulangan 2 ton per hari.
Forkopimda Sidoarjo pada Jumat (9/3/2024) mengecek distribusi beras bersubsidi tersebut di Pasar Larangan.
Bupati Sidoarjo H.Ahmad Muhdlor bersama Ketua DPRD Sidoarjo H.Usman, Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol. Christian Tobing dan Dandim 0816 Sidoarjo Letkol. Inf. Guntung Dwi Prasetyo, serta Kepala Kantor Bulog Cabang Surabaya Utara Sugeng Hardono. Mereka ingin memastikan harga beras relatif stabil dan ketersediannya aman di pasaran mendekati Ramadan ini.
Bupati Sidoarjo mengakui beberapa Minggu lalu terjadi kenaikan harga beras. Namun hari ini sudah mulai turun dan harganya relatif stabil.
"Dengan masifnya intervensi dari kabupaten, relatif turun hari ini (beras), kenaikan itu terjadi beberapa Minggu kemarin terutama beras tipe medium, hari ini sudah mulai turun dan relatif stabil," ucapnya.
Lanjut bupati mengatakan, meski begitu, intervensi menjaga stabilisasi harga beras akan terus dilakukan. Apalagi menjelang bulan Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi.
Operasi pasar beras SPHP akan terus digencarkan. Distribusi beras medium Bulog seharga Rp10.900 per kilo itu terus digelontorkan untuk menekan harga beras saat ini. "Terkait operasi pasar beras SPHP harus kita gencarkan di Kabupaten Sidoarjo," ujarnya.
Muhdlor juga mengatakan, selain beras, terdapat beberapa komoditas lain yang juga menjadi atensi dari Kabupaten Sidoarjo. Komoditas pangan tersebut masuk prioritas untuk dapat distabilkan harganya yakni telur dan cabai rawit.
"Telur ini kita sudah bekerja sama dengan Kabupaten Blitar, kalau memang harganya tidak bisa ditekan kami akan memberikan subsidi angkutan dan yang lainnya, untuk cabai rawit juga kebanyakan dari Banyuwangi itu sama penananganannya, kalau tidak terkendali terlalu banyak maka diberikan intervensi berupa subsidi angkutan dan sebagainya," ujarnya.
Muhdlor mengatakan, kenaikan beras hampir merata di seluruh Jawa Timur. Penyebabnya panen raya padi tidak merata, sehingga ketersediaan beras di pasaran sangat sedikit. Namun dipastikannya stok beras di Bulog sangat tercukupi.
"Secara umum stok di Bulog sangat mumpuni dan saya yakin ketika beras SPHP turun di masyarakat, harga bisa ditekan dan HET Rp10.900 bisa berjalan," ujarnya.
Djoyo pedagang beras di blok BN 12 Pasar Larangan juga mengakui harga beras di Pasar Larangan mulai turun meski tidak signifikan.
Disampaikannya, penurunan harga beras premium hanya mencapai Rp400, dari harga Rp16.200 turun menjadi Rp15.800, sedangkan harga beras medium turun sebesar Rp600 dari harga Rp14.200 turun menjadi Rp13.600.
"Harga beras mulai turun menjelang bulan Ramadan, namun penurunannya tidak terlalu signifikan, kisarannya Rp400 untuk harga beras premium, sedangkan untuk harga beras medium turun Rp600 rupiah," kata Djoyo.
Menurut Djoyo, meski harga beras mulai turun, masyarakat tetap memilih membeli beras Bulog yang dijualnya sesuai HET Rp10.900 per kilogramnya.
Menurutnya pembeli beras merasa harga beras saat ini masih tinggi. Oleh karenanya jatah 2 ton beras SPHP per hari yang dijualnya selalu ludes hanya dalam setengah jam saja.
"Pembeli beras premium dan medium juga normal, namun masyarakat cenderung memilih antre membeli beras murah dengaan harga Rp10.900 per kilogramnya," pungkas Djoyo. (git/kominfo)