Mengenal Busana Pengantin Dermayu, Perkawinan Budaya Cina, Belanda, dan Betawi

: Busana adat Pengantin Indramayu, Dermayon Putri dan Pengantin Dermayon Kebesaran.


Oleh MC KAB INDRAMAYU, Minggu, 3 Maret 2024 | 21:23 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 670


Indramayu, InfoPublik - Bermula pada 20 November 2022, organisasi Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) DPC Indramayu melaksanakan pembakuan (pemakeman) pengantin Dermayu Agung, sebagai upaya melestarikan budaya bangsa terutama adat pengantin asli (baku) Kabupaten Indramayu.

Gayung pun bersambut, Bupati Indramayu Nina Agustina menyatakan komitmennya pada acara "Sarasehan Budaya" yang berlangsung Senin (12/2/2024), bertempat di Dewan Kesenian Indramayu (DKI), untuk mendukung pembakuan tersebut, dan mengakui pentingnya busana pengantin dalam mempertahankan identitas dan jati diri Kabupaten Indramayu.

Dalam rangka menelusuri sejarah pengantin Indramayu, HARPI Melati Indramayu mengunjungi kediaman Rosada Iskak, salah satu maestro perias di Kabupaten Indramayu dan sebagai saksi sejarah pengantin Indramayu.

“Sejak saya kecil sudah ada adat pengantin Indramayu, yang punya orang kaya waktu itu,” ujar Rosada. Ia menambahkan, pada 1990 di Gedung DPD Pusat Bandung diadakan seminar pengesahan pengantin di setiap daerah, Indramayu termasuk salah satu yang mengirimkan perwakilan.

Rosada bercerita, pada 1950-an adat pengantin Indramayu masih sering dipakai untuk pernikahan pegawai pemerintah setempat. Namun sejak 1990-an sudah ditinggalkan dan sudah tidak dipakai lagi.

Bentuk dan rupa akulturasi perpaduan antara bangsa Cina, Belanda, dan suku Betawi. Tanpa ada perubahan sedikitpun karena busana tersebut merupakan pengantin baku (aslinya) maka masih terlihat kuno, kental dan mengandung sejarah kebudayaan.

Yoko, salah satu perias terbaik di Kabupaten Indramayu menyampaikan filosofi akan bentuk dan rupa busana adat pengantin Indramayu.

"Busana akad nikah berwarna putih yang disebut 'Dermayon Putri' dan pengantin prianya menggunakan blangkon. Sedangkan, busana resepsi yang disebut 'Dermayon Kebesaran' dari bahan beludru impor berwarna merah maroon yang melambangkan keagungan, pengantin pria menggunakan siger kuluk dan terdapat Burung Hong yang melambangkan keperkasaan dan kekuatan pada siger kuluk pengantin wanita," jelasnya.

Lebih lanjut, Yoko menjelaskan penutup kepala disebut siger kuluk berbentuk kembang kapas, Cundung Mentul berjumlah tujuh buah yang melambangkan dalam satu minggu ada tujuh hari, Garuda sebagai lambang negara, Sumping tersusun dari untaian enam swarovski yang melambangkan rukun iman, mute-mute di dahi berjumlah lima buah sama dengan rukun Islam.

Aksesoris khas Belanda berupa Badong (ikat pinggang) dan kalung dou’bloon dengan gambar Ratu Wilhelmina, gelangnya disebut Plilitan dan gelang pipih Sigar Penjalin, cincinnya disebut Coroan karena bentuknya seperti kecoa.

Kain batik bermotif kembang kapas yang pada zaman dahulu hanya dipakai oleh kaum bangsawan juga aksesoris rusa bermata berlian yang ada di siger kuluk pengantin pria yang saat ini diabadikan dalam busana adat Pengantin Dermayon Putri dan Pengantin Dermayon Kebesaran.

"Bupati Indramayu sangat bangga dan menerima, mudah-mudahan masyarakat Indramayu juga bisa menerima," ujar Yoko. (Roro Wilis/Bambang/Diskominfo Indramayu)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB INDRAMAYU
  • Senin, 18 November 2024 | 19:44 WIB
Panen Raya di Indramayu, Pj Gubernur Jabar Dorong Peningkatan Produksi Padi
  • Oleh MC KAB INDRAMAYU
  • Selasa, 12 November 2024 | 15:14 WIB
Cakupan UHC 99,9%, Kabupaten Indramayu Terima Penghargaan Gubernur Jawa Barat
  • Oleh MC KAB INDRAMAYU
  • Jumat, 18 Oktober 2024 | 08:44 WIB
Pemkab Banyuasin Belajar Penyusunan LPPD dari Indramayu