:
Oleh MC KAB SLEMAN, Kamis, 22 Februari 2024 | 11:43 WIB - Redaktur: Tobari - 48
Sleman, InfoPublik - Bertempat di Kaliklangsi Outbond dan Resto Jamblangan Margomulyo Seyegan, Rabu (21/2/2024) Dinas Kebudayaan (Kundho Kabudayaan) Kabupaten Sleman Menyelenggarakan Pelatihan Bahasa dan Sastra dengan sumber dana dari Danais Provinsi DI Yogyakarta.
Pelatihan Bahasa dan Sastra ini bekerja sama dengan DPD Paguyuban Pranatacara Yogyakarta (PPY) wilayah Kabupaten Sleman dan diikuti oleh 40 peserta dari Bapak/ibu Dukuh, perwakilan Karang Taruna, perwakilan siswa/siswi SMAN 1, SMKN 1, SMK 17 dan SMPN 1 Seyegan.
Pelatihan dibuka oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Arif Marwanto, yang menyampaikan bahwa selama ini Dinas Kebudayaan sudah sering melakukan 10 objek pemajuan kebudayaan sesuai dengan regulasi, namun belum dilakukan tabulasi atau format sesuai dengan yang dikehendaki.
“Adapun 10 objek pemajuan kebudayaan tersebut meliputi tradisi lesan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, tekhnologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat dan olah raga tradisional. Sedangkan dalam Undang Undang pemajuan kebudayaan ada 4 langkah strategis yaitu pembudayaan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan,” ungkap Agus.
Arif juga menyampaikan bahwa kegiatan Dinas Kebudayaan 90 % adalah fasilitasi, baik untuk anak, remaja maupun dewasa.
“Sebagai contoh adalah kegiatan wajib kunjung museum, wayang siswa, lomba sejarah dan cipta tari. Sedangkan untuk kelompok dalam kegiatan religi ataupun keagamaan yang pengajuannya melalui jalur proposal,” jelasnya.
Diakhir sambutannya, Arif mewakili Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman membuka pelatihan secara resmi dan menurut rencana pelatihan akan berlangsung selama 2 hari.
Yani Setyowati, dari DPD PPY Kabupaten Sleman menjadi pemateri pertama dengan memberikan paparan mengenai adiwicara. Yani diawal paparannya menyampaikan dasar dasar Pranatacara yang menjadi pusat perhatian dalam semua event.
Yani membagikan beberapa kiat menjadi pranatacara yang profesional misalnya datang sebelum dimulai acara, menguasai urutan acara, bisa menarik perhatian, siap lahir bathin termasuk dalam berpakaian dan pemakaian accesoris.
Yani membagi pranatacara menjadi 4 yaitu pranatacara dengan naskah, hapalan materi, improvisasi dan catatan kecil. Adapun syarat pranatacara adalah suara harus jelas, busana menyesuaikan acara, tingkah laku dan tata busana yang sopan dan rapi.
"Cara berdiri harus benar, raut muka penuh senyum dan percaya diri adalah kunci pranatacara yang profesional,” ujar Yani dalam mengakhiri paparannya.
Tri Sarjuli dari DPD PPY Kabupaten Sleman sebagai pemateri kedua menyampaikan tentang Bahasa dan Sastra. Diawal paparannya, Tri Sajuli menyampaikan tingkatan dalam bahasa jawa yaitu ngoko dan Kromo.
“Banyak kata dalam bahasa jawa disampaikan tapi belum tepat bahkan salah kaprah. Sebagai contoh, para bapak bapak saha ibu ibu yang betul adalah para bapak saha ibu. Demikian juga kata kawula menjadi kula, hurmati menjadi kurmati atau kinurmatan,” jelasnya.
Banyak kata dan kalimat yang masih salah disampaikan oleh pranatacara yang perlu dikoreksi. Pada kesempatan itu, beberapa peserta diminta untuk praktek langsung dan kemudian dikoreksi.
Antusiasme peserta yang melibatkan generasi muda baik dari karang taruna desa maupun dari siswa siswi SMA, SMK dan SMP menjadi nilai lebih dari pelatihan pranatacara dan adiwicara seperti ini.
Harapan dari Dinas Kebudayaan tentunya fasilitasi yang diberikan dapat melestarikan penggunaan bahasa jawa yang mulai jauh dari generasi milenial. (Sutarto Agus/KIM Seyegan/toeb)