Penguatan Ketahanan Iklim di Kota Sabang

: Rapat POKJA PKP Terkait Pendampingan Penggunaan Alat Analisis Air Minum dan Sanitasi Berketahanan Iklim


Oleh MC KOTA SABANG, Kamis, 1 Februari 2024 | 15:49 WIB - Redaktur: Tobari - 143


Sabang, InfoPublik - Pemerintah Kota Sabang melalui Bappeda menggelar rapat terkait pendampingan penggunaan alat analisis air minum dan sanitasi berketahanan iklim, Rabu (31/1/2024).

Kegiatan yang berlangsung di Aula Bappeda Sabang itu diikuti tim WASH Speciality, UNICEF, perwakilan dari Bappenas, Basarnas, BMKG Sabang, Perumda Tirta Aneuk Laot Sabang, PUPR Sabang, DLHK Sabang, Pokja Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Yayasan Aceh Hijau, dan Dinas terkait lainnya di daerah Setempat.

Kepala Bappeda Kota Sabang M. Iqbal Sofyan, S.STP mengatakan, Pemerintah Kota Sabang menyambut baik Program Pendampingan Penggunaan Alat Analisis Kerangka Kerja Air Minum dan Sanitasi Berketahanan Iklim dengan melibatkan Kelompok Kerja (Pokja) Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP).  

Melalui kegiatan ini diharapkan nantinya mampu melakukan asesmen/analisis menggunakan alat analisis air minum dan sanitasi yang berketahanan Iklim di Kota Sabang, ujar M. Iqbal.

Lebihlanjut dikatakan, perubahan iklim memberikan risiko pengurangan atau progres yang berlawanan terhadap pencapaian Open Defecation Free (ODF) dan juga pada akses layanan sanitasi.

Bencana alam akan sangat mempengaruhi ketersediaan dan akses layanan sanitasi bagi masyarakat.

Penguatan ketahanan iklim dari sistem layanan sanitasi di Kota Sabang perlu mendapat perhatian dan masukan dari semua pihak, ujar Kepala Bappeda Kota Sabang.

Kota Sabang termasuk ke dalam daerah rawan bencana terhadap perubahan iklim. Dimana berdasarkan Kajian Resiko Bencana Aceh (KRB Tahun 2022) bahwa Kota Sabang mempunya potensi ancaman yaitu, bahaya gempa bumi Kelas Tinggi, dengan rincian wilayah dengan bahaya kelas sedang seluas 3.193 Ha dan kelas tinggi seluas 9.101 Ha.

Bahaya longsor kelas tinggi, hal ini diakibatkan karena struktur geologinya merupakan hasil letusan gunung api yaitu tufa andesit. Jenis batuan ini sifat fisiknya kurang baik, yaitu tidak memberikan tahanan dalam menerima tekanan.

Kota Sabang berada pada skor 9,75 dengan kelas resiko sedang untuk ancaman cuaca ekstrim. Secara umum angin pada musim timur merupakan angin rata rata dengan kecapatan tertinggi dan berpotensi terjadinya puting beliung.

Bahaya Kelas Tinggi terhadap abrasi dengan rincian bahaya kelas rendah seluas 72 Ha, bahaya kelas sedang seluas 393 Ha, dan bahaya kelas tinggi seluas 1.579 Ha, sebut M. Iqbal.

Wash Speciality, UNICEF Maraita Listyasari mengatakan, pertemuan ini merupakan tidak lanjut dari pertemuan sebelumnya dalam rangka peningkatan ketahanan iklim di Kota Sabang.

Membantu dalam mendukung sanitasi aman, dan menjadi masukan program sanitasi kedepannya.

Sistem sanitasi berketahanan iklim memiliki karakteristik, yaitu beradaptasi untuk mengurangi risiko iklim, pulih dari kerusakan dan siap dengan layanan kedaruratan, mengemisikan gas rumah kaca yang lebih sedikit, ujarnya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sabang Teguh Suprapto mengatakan, untuk penguatan berketahanan iklim di Kota Sabang diperlukan kajian iklim yang lebih mendalam sehingga memudahkan dalam adaptasi dan migitasi. (MC Kota Sabang/mr/toeb)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB SELUMA
  • Rabu, 18 September 2024 | 14:58 WIB
Rakor Advokasi Pokja Operasional dalam Pengelolaan Posyanu Prima
  • Oleh Eko Budiono
  • Rabu, 28 Agustus 2024 | 09:55 WIB
Api PON Aceh-Sumut Diambil di Sabang dan Dikirab Hingga ke Medan
  • Oleh Taofiq Rauf
  • Selasa, 27 Agustus 2024 | 22:55 WIB
[SIARAN PERS] Sabang Siap Gelar Tiga Cabor PON XXI Aceh-Sumut 2024