:
Oleh MC KOTA BENGKULU, Kamis, 4 Januari 2024 | 21:58 WIB - Redaktur: Kusnadi - 401
Bengkulu, InfoPublik - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu mencatat, sejak Januari hingga Desember 2023 kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah tersebut yang telah terkonfirmasi sebanyak 48 kasus.
Kasus DBD pada 2023 mengalami penurunan jika dibandingkan pada 2022 yang terkonfirmasi sebanyak 117 kasus.
"Karena DBD itu sering terjadi saat musim hujan sedangkan di Kota Bengkulu itu sendiri, sampai saat ini masih tidak menentu dan cenderung musim panas," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bengkulu Sri Martiana di Bengkulu.
Rendahnya kasus terkonfirmasi DBD di Kota Bengkulu disebabkan karena faktor cuaca selama 2023 terjadi musim kemarau yang panjang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pencegahan dengan melakukan sosialisasi di fasilitas kesehatan yang ada di Bengkulu.
Terang Sri, mayoritas penderita DBD Kota Bengkulu didominasi oleh anak-anak dan untuk upaya pencegahan DBD tersebut tanpa melakukan upaya fogging atau pengasapan terhadap jentik nyamuk besar-besaran untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan.
"Karena pencegahan terbaik adalah dari diri kita sendiri untuk mencegah nyamuk ini berkembang biak, karena tahun ini kita sudah jarang fogging, tetapi kita tetap upayakan sosialisasi," terangnya.
Sementara itu, minimalisir penggunaan pengasapan untuk membasmi jentik nyamuk sebab cairan yang digunakan terdapat zat-zat yang berbahaya untuk masyarakat dan lingkungan.
"Fogging itu sebenarnya tidak disarankan lagi karena banyak bahayanya. Sebab yang keluar dari mesin fogging bukan hanya sekedar obat untuk membunuh jentik nyamuk tapi juga zat-zat yang berbahaya seperti solar dan lainnya," jelas Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Bengkulu Joni Haryadi Thabrani, Kamis (4/1).
Sebab alat fogging menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang menyebabkan tanaman mati dan menimbulkan iritasi bagi manusia jika terkena kulit.
Oleh karena itu, untuk menggunakan alat fogging di suatu wilayah harus ditemukan dua atau lebih kasus masyarakat yang terinfeksi penyakit DBD.
Untuk meminimalisir masyarakat yang terinfeksi DBD, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekitar rumah guna menghindari penyebaran wabah DBD.
Dengan tidak menggantung baju dalam waktu lama dan dengan banyaknya sampah disekitar rumah dapat menjadi sarang nyamuk jenis aedes aegypti.
Kemudian, masyarakat juga dapat menerapkan 5M yaitu mengubur barang bekas yang dapat menampung air, menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi atau penampungan air minimal dua kali dalam satu minggu.
Lanjut Joni, menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan dan mengganti air di vas bunga serta masyarakat dapat menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi gizi seimbang dan agar tidak terjadi demam berdarah.