:
Oleh MC Kabupaten Buton, Minggu, 9 Juli 2023 | 17:29 WIB - Redaktur: Kusnadi - 319
Buton, InfoPublik - Pj. Bupati Buton Basiran bersama istri Deisy Natalia Rompas Basiran, hadir pada acara ritual budaya puncak Posuo/Kalempagi di Desa Boneatiro, Kecamatan Kapontori, Buton, Sulawesi Tenggara, Sabtu (8/7/2023). Acara ritual budaya Posuo/Kalempagi merupakan prosesi tradisi pingitan tradisional khas Buton.
Sebanyak 41 gadis belia menjalani ritual proses posuo selama 8 hari, 7 malam. Mereka dipingit di sebuah ‘bantea’ dengan berbagai ritual selama masa posuo.
Segala nasehat, agama dan budaya termasuk ajaran kehidupan ke depan bagi seorang gadis dewasa diberika bhisa bagi gadis posuo.
“Pingitan atau Posuo hari ini terdiri 41 orang yang berasal dari Desa Boneatioro Barat, Boneatiro, Mabulugo juga dari perantauan,” kata Sudarmin, ketua panitia acara tradisional.
Kepala Desa Boneatiro Barat, Ilyas menyampaikan, rangkaian kegiatan Posuo tersebut dimulai dari hari Jumat, yaitu Ritual Kangkilo untuk anak laki-laki menuju remaja sebanyak 15 orang, dan kegiatan Kasumba sebanyak 24 orang dan Posuo ini sebanyak 41 orang.
Kades juga melaporkan, selain kaya dengan budaya peninggalan Kesultanan Buton yang masih terus lestari, Desa Boneatiro juga menyimpan situs sejarah Kesultanan Buton, berupa tempat Labolontio sang bajak laut ketika Buton masih berstatus kerajaan.
"Kita akan terus memperbaiki dan memugar situs-situs peninggalan Kesultanan Buton yang ada di desa ini dengan memanfaatkan dana desa, untuk pengembanghan budaya di Desa Boneatiro Barat,” kata Kades.
Budayawan Buton, Budi Wahyudin menerangkan Posuo terdiri suo (serambi), sehingga posuo berarti berserambi. Artinya kita mengasingkan diri untuk membentuk karakter menuju gadis dewasa. Posuo merupakan siklus hidup dari lahir hingga mati. Prosesi itu diawali sejak dari kandungan, aqiqah, dole-dole tandaki bagi laki-laki dan posuo bagi perempuan.
“Ritual Posuo dilaksanakan sebagai penanda transisi bagi seorang wanita, dari gadis remaja (Kabua-bua) menjadi seorang gadis dewasa (Kalambe). Posuo juga merupakan pembentukan karakter selama 8 hari 7 malam dan diharapkan ketika keluar dari posuo, seorang Wanita dewasa sudah dibatasi dengan nilai layaknya wanita dewasa dalam pergaulan,” katanya.
Dikatakannya, dalam Suo dilakukan berbagai ritual sebagai sarana pendidikan bagi persiapan mental seorang perempuan remaja, menjadi seorang perempuan dewasa yang siap membentuk rumah tangga. Agar pelajaran dapat diterima dengan baik, maka selama berada dalam Suo, para peserta Posuo hanya boleh bertemu dengan dukun yang memimpin upacara. Mereka akan dijauhkan dari segala pengaruh luar, baik dari keluarganya sendiri maupun dari pengaruh lingkungannya.
Sementara itu, Pj. Bupati Buton Basiran, Barat menyampaikan penghargaan kepada pemerintah Desa Boneatiro Barat telah menyelenggarakan Posuo (pingitan) yang merupakan salah satu pelestarian budaya.
"Hari ini merupakan puncak Posuo, setelah tempaan selama 8 hari, 7 malam. Dalam Suo itu telah diberikan nasihat kehidupan, oleh bhisa, tetua adat," ungkap Pj Bupati Buton.
Bagi gadis Buton, kata Pj. Bupati, yang sudah dipingit akan menjadi perempuan yang shaliha tentu harus mempunyai jiwa yang sabar. Dirinya selaku penjabat Bupati mengharapkan budaya posuo yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB), dapat dilanjutkan oleh generasi penerus kita agar tidak pudar ditelan zaman.
Pada kesempatan itu, juga orang nomor satu di Kabupaten Buton itu, menegaskan pada warga untuk tetap kompak dan bersatu, apalagi memasuki tahun politik 2024.
“Mari kita jaga kerukunan jangan sampai retak persaudaraan kita karena berbeda pilihan,” pungkasnya. (MC Kab. Buton)