Karapan Kerbau Budaya Lokal yang Harus Dilestarikan

:


Oleh MC Kab Sumbawa Barat, Senin, 3 Juli 2023 | 14:42 WIB - Redaktur: Kusnadi - 91


Sumbawa Barat, InfoPublik - Karapan kerbau merupakan budaya lokal yang harus dilestarikan. Hal itu disampaikan Dandim 1628/SB Letkol Inf Oktavian Englana saat membuka kejuaraan karapan kerbau Dandim Cup yang berlangsung di arena karapan Desa Lalar Liang, Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, Minggu (2/7/2023).

Menariknya, karapan memperebutkan piala Dandim ini, Dandim 1628/Sumbawa Barat, Letkol Inf Oktavian Englana bersama Kapolres Sumbawa Barat, AKBP Yasmara Harahap adu cepat di arena lintasan karapan kerbau. Keduanya mencoba menjadi joki. Baik dandim maupun kapolres sama-sama mencoba mengendalikan pasangan kerbau bernama Tri G.

Kerbau milik Bupati Sumbawa Barat, H. W. Musyafirin ini mampu tampil perkasa. Dandim berhasil menyelesaikan lomba, sementara kapolres hanya mampu menyelesaikan setengah lintasan karena jatuh.

"Ini sesuai janji saya kepada pak bupati. Kalau karapan kerbau dandim cup digelar, saya sendiri akan turun ke lintasan," ujar Dandim 1628/SB, Letkol Inf Oktavian Englana.

Dandim mengaku, karapan kerbau sebagai salah satu warisan budaya tau samawa sudah seharusnya dilestarikan. Kodim Sumbawa Barat melihat, budaya ini mampu menyatukan semua kalangan.

"Kegiatan ini sebenarnya kami agendakan sejak setahun lalu tapi karena wabah PMK, baru bisa digelar tahun ini. Termasuk syaratnya dari pak bupati, dandim harus jadi joki," katanya seraya tersenyum.

Dandim berharap, kejuaraan dandim cup ini bisa menjadi motivasi membangun budaya lokal. Apalagi budaya yang satu ini dinilai ampuh menyatukan masyarakat.

"Bersama rakyat TNI kuat, bersama TNI kita lestarikan budaya karapan kerbau," harapnya.

Sementara itu, Bupati Sumbawa Barat, Provinsi NTB, H.W.Musyafirin saat membuka kejuaraan ini mengaku sebagai tradisi dan budaya masyarakat Sumbawa Barat, barapan kerbau seperti ini harus terus dilaksanakan.

Ia berpesan sesaat sebelum balapan dimulai ada lawas yang sering disampaikan. Lawas-lawas ini menurutnya sama halnya dengan membangun jalan pikiran.

"Kita sudah membangun jalan tanah, air, api, angin. Sekarang yang terpenting adalah jalan pikiran," harapnya.

Membangun jalan pikiran, lanjutnya, adalah dengan saling memaafkan tidak saling menyalahkan.

"Lewat tradisi seperti ini, kita terus mengkampanyekan tentang jalan pikiran itu sendiri," tutupnya (MC Sumbawa Barat)