:
Oleh MC KAB PIDIE, Sabtu, 1 Juli 2023 | 04:35 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 436
Sigli, InfoPublik - Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto telah sukses menggelar acara penyambutan Presiden RI Joko Widodo untuk peluncuran kick off pelaksanaan rekomendasi penyelesaian non-yudisial untuk 12 kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang berat, di Rumoh Geudong, Gampong Bili Arun, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie.
Dalam pelaksanaan peluncuran program ini Pemkab Pidie yang dipimpin Wahyudi telah mempersiapkan dengan matang. Mulai dari koordinasi tehnis akomodasi, pembersihan lokasi Rumoh Geudong hingga pembangunan opini.
Meskipun seiring acara pelaksanaan Wahyudi mengundang kontroversi. Bahkan membiarkan panah opini media menghajar dirinya.
"Pada dasarnya kami sudah setujui yang sudah dijelaskan oleh bapak sesmenko. Kami hanya ingin menjelaskan apa-apa yang mendasari, misalnya kenapa tembok (Rumah Geudong) harus dibersihkan,” kata Wahyudi, Jumat (30/6/2023) menjelaskan kembali isi rapat saat rakor bersama kementerian dan Provinsi Aceh.
Lebih lanjut, guna kemeriahan dan kelancaran acara penyambutan orang nomor satu di Indonesia ini, Wahyudi juga melakukan beberapa langkah strategis, di antaranya:
1. Keamanan
Kedatangan presiden sebagai tamu di Kabupaten Pidie, kami utamakan keamanan. Selain yang dilakukan oleh TNI Polri dan Paspampres, kami berkewajiban melakukan upaya soft security.
2. Disambut Ribuan Santri
Dalam mempersiapkan soft security, Wahyudi melakukannya dengan dua hal, yakni dengan melibatkan dan mengakomodir harapan masyarakat.
Pelibatan ini adalah dengan melibatkan seluruh santri, dan kami ingin menciptakan kota santri. Karena banyak ruang kosong. Kalau mereka tidak kita libatkan, maka mereka akan bergerak sendiri, dan akan berbahaya.
Untuk itu, Wahyudi menggerakan santri dari 23 Kecamatan di Kabupaten Pidie, dengan membuat posko – posko, serta memanaje pesantren – pesantren di wilayahnya masing – masing.
“Untuk memobilisasi santri, di jalan sepanjang 7 kilo meter, yang banyak ruang kosongnya. Para santri sangat terkendali, karena dari setiap 20 santri akan dipimpin oleh 1 ustad,” paparnya.
3. Pengajian Sebagai Antisipasi Politik
Sebelum memasuki lokasi Rumoh Geudong, juga menggelar pengajian. Hal itu bermaksud untuk menghadapkan merebaknya isu – isu politicking yang telah berkembang.
4. Mars Salam Pidie Mulia
Kemudian Wahyudi juga melakukan pendekatan kebudayaan, yakni dengan menciptakan Mars Salam Pidie Mulia.
Mars Pidie Mulia, menggambarkan bahwa orang Pidie sudah berubah, untuk itu,ia berharap Presiden RI akan mengucapkan Salam Pidie Mulia.
“Kemudian, akan disambut oleh ibu – ibu yang berada di sekitar lokasi, akan mengangkat tangan semua dengan ucapan Salam. Kekompakan itu, akan menggambarkan bahwa Pidie merupakan kota santri yang penuh dengan salam,”tambahnya.(Mc.Pidie/Eyv)