Jum'at, 17 Januari 2025 11:49:17

Pokdarwis Kampung Gribig Religi Siap Sambut Wisatawan

:


Oleh MC KOTA MALANG, Sabtu, 25 Maret 2023 | 13:53 WIB - Redaktur: Tobari - 247


Malang, InfoPublik - Kawasan wisata religi Ki Ageng Gribig Madyopuro Kota Malang memiliki berbagai pesona dan potensi sebagai tempat wisata ziarah dan budaya yang dapat menarik para wisatawan untuk datang berkunjung.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Gribig Religi (KGR), Devi Nur Hadianto mengungkapkan setelah dua tahun vakum tidak ada wisatawan karena pandemi Covid-19, saat ini kawasan religi Gribig sudah dibuka lagi. 

 “Memasuki hari kedua bulan Ramadan, pengunjung di kawasan wisata religi Ki Ageng Gribig sudah mulai berdatangan. Di hari keempat Ramadan sampai Lebaran biasanya pengunjung akan semakin banyak,” jelas Devi Nur Hadianto, Jumat (24/3/2023).

Ki Ageng Gribig sendiri adalah salah satu ulama besar yang menjadi pembuka wilayah Malang dan menyebarkan agama Islam di wilayah Malang Raya pada tahun 1600-an.

Menurut informasi dari masyarakat setempat, Ki Ageng Gribig adalah adik kandung Sunan Giri, salah seorang Wali Songo yang dimakamkan di Gresik.

Dari literatur yang ada, dikatakan Devi bahwa Ki Ageng Gribig ada di era Mataram Islam di saat kepemimpinan Sultan Agung sekitar abad ke-16 dan ke-17. Pada waktu itu adalah gencar-gencarnya ekspansi era Mataram Islam ke wilayah lain.

“Termasuk Malang ini adalah wilayah timur, dimana menurut beberapa sumber, Ki Ageng Gribig awalnya ditugaskan di wilayah Pasuruan,” terang Devi.

Ini menunjukan ada keterkaitan erat bahwa Pasuruan adalah kota besar pada zaman itu, sementara Malang adalah _andapan_ atau kota bawahan dari Pasuruan.

Setelah berdakwah di Pasuruan kemudian Ki Ageng Gribik berdakwah di Malang bahkan sampai meninggal di tempat ini.

“Masyarakat Pasuruan masih banyak memiliki keterkaitan emosional dengan Ki Ageng Gribig yang dimakamkan di Kota Malang ini,” jelasnya lagi.

Dari jejak silsilah yang ada, Devi mengungkapkan nama asli Ki Ageng Gribig ada dua versi nama, yakni Raden Aryo Pamoetjong dan Raden Mosi Bagono.

Jika dilihat dari nama nama itu, Ki Ageng Gribig kemungkinan masih merupakan keturunan dari Raja Majapahit.

“Beliau Ki Ageng Gribig disikapi sebagai alim ulama dari _kulon_ (barat). Disinipun kita juga menemukan jejak sisa nisan unik, sisa nisan yang sama dengan nisan yang ada di Masjid Demak,” bebernya. 

Devi menyebutkan untuk makam yang terdata dan tertulis di kawasan Makam Ki Ageng Gribig ada sebanyak 150-160 makam. Beberapa nisan menggunakan aksara Jawa dan sampai saat ini belum terbaca total ada 300 sampai 400 makam. 

Selain makam Ki Ageng Gribig, di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig juga dimakamkan banyak sekali tokoh besar, di antaranya Untung Suropati, mantan Bupati Malang yang memerintah pada akhir abad XIX sampai dengan abad XX. 

Sementara itu pengunjung yang berasal dari Yogyakarta, Prayitno, mengungkapkan datang ke Makam Ki Ageng Gribig adalah untuk mendoakan tokoh ulama yang telah berjuang dan membesarkan Islam.

“Saya ke sini tidak rutin, hanya kebetulan saja. Sepengetahuan saya Ki Ageng Gribig berasal dari Jatianom Jawa Tengah yang pertama mengajarkan Islam di Malang,” terang Prayitno. (cah/yon/toeb)