:
Oleh MC KAB DAIRI, Kamis, 23 Februari 2023 | 10:23 WIB - Redaktur: Kusnadi - 240
Dairi, InfoPublik – Tenun ulos Silalahi dari Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, akan hadir dalam bentuk sepatu di ajang balap air dunia F1H20 atau F1 PowerBoat Lake Toba. Sepatu ini diproduksi oleh brand Aur dan berada di lini koleksi Toluhuta Collection.
Menurut Dimitria Tabitha, pendiri brand Aur, untuk pertama kali mereka akan meluncurkan produk hasil kolaborasi dengan brand sepatu From Finest Creatures (FFC), di acara Dairi’s Cultural Night Dinner.
Acara ini adalah jamuan makan malam atau gala dinner untuk seluruh pembalap F1H20 atau F1 PowerBoat Lake Toba.
Pemerintah Kabupaten Dairi sebagai tuan rumah akan menggelar acara ini di Toba Ballroom Labersa Hotel, Kabupaten Toba, Sabtu, 25 Februari 2023 mulai pukul 18.00 WIB.
“Tentunya kolaborasi ini didasarkan atas persamaan visi dan misi antara Aur dan FFC. Kami menggandeng Aris Soenjoto selaku pemilik sekaligus designer dari FFC yang sudah memiliki pengalaman dalam membantu proyek brand-brand ternama seperti KITH, Atmos, Justin Bieber, New balance, dan beberapa brand lainnya,” kata Dimi, panggilan akrab Dimitria.
Dimi mengatakan kolaborasi ini akan berusaha mengembangkan produk-produk turunan lain berbahan tenun agar tetap dapat digunakan dan tak lekang oleh waktu.
"Ke depannya, produk-produk berbahan tenun dapat diakui, dibanggakan, dan dipakai secara masif oleh semua kalangan khususnya anak muda, seperti halnya batik,” ujarnya.
Dia menambahkan, bahan sepatu dibuat dari upcycle material, contohnya footbed dan lining.
Material upcyle adalah bahan sisa atau yang sudah tidak dipakai oleh brand-brand lain sehingga tidak ada bahan yang terbuang.
“Jadi gak ada bahan yg dibuat baru, tapi kita cari bahan yang bakal dibuang, bersihin, testing, dan produksi. Solnya sendiri dibuat dari karet yang merupakan bahan natural. Selain itu liningnya terbuat dari satin yang merupakan material yang lebih mewah,” kata gadis yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 dari Inggris ini.
Menurutnya, Aur dan FFC adalah bentuk simbiosis mutualisme dan bisa memberdayakan lebih banyak orang.
“Kami tidak melakukan mass production karena semua proses pembuatan bahan atas sepatu dilakukan menggunakan tangan sehingga kuantitas yang dihasilkan lebih terbatas,” katanya.
Kata Dimi, Aur dan FFC berkolaborasi karena ingin membuat produk-produk diversifikasi dari tenun yang dapat dipakai oleh siapa saja dari semua kalangan, sehingga penggunaan tenun tidak berhenti sebagai bahan atau syal saja, seperti layaknya zaman dulu.
“Oleh karena itu kami menetapkan sepatu sebagai bentuk pertama dari kolaborasi ini,” kata Dimi.
Koleksi pertama yang merupakan hasil kolaborasi Aur dengan FFC bernama “Toluhuta Collection”. Nama Toluhuta terinspirasi dari kata sitolu huta yang artinya adalah 3 kampung.
“Karena tenun yang kita angkat berasal dari 3 daerah yaitu Silalahi, Paropo, dan Tongging yang letaknya berdekatan, di tepi Danau Toba. Tenun tersebut unik karena merupakan perpaduan dari adat beberapa suku Batak yakni Pakpak, Toba, Simalungun, dan Karo sehingga menciptakan motif-motif yang mencerminkan perpaduan tersebut. Tolohuta Collection tersedia dalam 2 warna yaitu olive dan dusty blue,” ujarnya.
Dimi juga mengatakan koleksi sepatu Aur ini kini juga sudah tersedia di Tokopedia melalui @fromfinestcreatures dan sudah bisa dibeli mulai 25 Februari 2023.
Dimi memastikan tenun yang digunakan bukanlah tenun Tohonan (tenun untuk acara adat), namun sudah merupakan tenun kreasi yang telah dikembangkan untuk produk-produk fashion. Kain-kain tersebut juga diwarnai secara manual (pencelupan dengan tangan) menggunakan pewarna alam sehingga lebih eco-friendly.
Brand Aur menerapkan konsep bisnis sustainability sehingga tidak hanya menciptakan produk kekinian, tetapi juga tetap menjaga lingkungan.
Dia melanjutkan, Aur tidak akan berhenti di Dairi melainkan akan berusaha mengembangkan tenun di berbagai daerah lain.
Sekadar diketahui, Aur berasal dari bahasa Pakpak yang memiliki arti universe atau semesta. Aur memiliki visi untuk membantu roda perekonomian di daerah-daerah. Hal ini sudah dimulai dari Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, dengan memberdayakan para partonun di daerah tersebut.