:
Oleh MC Kab Aceh Tengah, Jumat, 13 Januari 2023 | 15:10 WIB - Redaktur: Tobari - 4K
Takengon, InfoPublik - Selain Kopi dan Hortikultura, Kabupaten Juga memiliki komoditi unggulan yang sebenarnya sudah cukup lama dikembangkan di daerah ini, yaitu komoditi Tembakau.
Tidak ada catatan pasti tentang kapan tembakau mulai dikembangkan di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah, namun produk tembakau Gayo sudah dikenal selama puluhan tahun.
Kalau awalnya, komoditi ini hanya dikembangkan secara terbatas untuk memenuhi kebutuhan lokal saja, namun dalam beberapa tahun terakhir mulai dikembangkan secara intensif, karena pasar produk ini mulai terbuka di luar daerah.
Permintaan pasar Sumatera Utara dan daerah lainnya akan tembakau Gayo ini, terus mengalami peningkatan secara signifikan dari waktu ke waktu.
Ini membuat para petani tembakau di kabupaten Aceh Tengah semakin antusias menanam komoditi ini, karena selain pasar terbuka, harganya juga terus mengalami peningkatan, seiring meningkatnya permintaan pasar.
Antusias para petani tembakau di dataran tinggi Gayo ini semakin terpicu dengan hadirnya beberapa perusahaan rokok dan cerutu di daerah ini.
Dengan adanya produk rokok dan cerutu ini, tembakau Gayo semakin dikenal di luar daerah bahkan luar negeri, karena konon meiliki rasa dan aroma yang khas.
Selain dalam bentuk rokok dan cerutu, produk olahan tembakau yang sekarang mulai digemari konsumen adalah Bako Ijo alias tembakau hijau, yaitu produk olahan tembakau rajangan yang tetap mempertahankan warna hijaunya sampai dengan kering.
Konon bako ijo ini digemari konsumen karena aromanya yang khas, agak mirip dengan aroma ganja, padahal sama sekali tidak ada sedikitpun unsur ganja dalam pengolahannya.
Beberapa jenis dan varietas tembakau, kini sudah berkembang di daerah ini, diantaranya tembakau Jawa, tembakau Deli, White Burley, Virginia dan tembakau lokal Gayo tentunya.
Tembakau dari dataran tinggi Gayo ini memiliki rasa dan aroma khas, karena ditanam pada ketinggian 1.000 mdpl dan masih mempertahankan budidaya organik.
Salah satu perusahaan rokok yang terus eksis memproduksi olahan tembakau gayo ini adalah PR Bako Gayo yang berlokasi di Jalan Uyem Beriring, Kampung Asir-Asir Asia, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah.
Perusahaan yang merupakan binaan Kantor Bea dan Cukai Lhokseumawe ini, berdiri sejak tahun 2018, dengan owner Ibnu Hajar yang kini sudah memiliki puluhan karyawan dan menjadi penampung produksi daun tembakau segar yang dihasilkan oleh petani tembakau di Kecamatan Lut Tawar dan Kecamatan Bintang.
Perusahaan rokok yang juga dibina oleh Senator/Anggota DPD RI asal Aceh, Abdullah Puteh ini, menghasilkan produk berupa Bako Ijo dan Rokok Kretek yang saat ini sudah mulai merambah pasar luar daerah baik di pulau Sumatera maupun Pulau Jawa, bahkan mulai ada permintaan pasar manca negara seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Rabu sore (11/1/2023), perusahaan rokok ini dikunjungi oleh Pj. Bupati Aceh Tengah, Ir. Teuku Mirzuan, MT dan Senator/Anggota DPD RI asal Aceh, Abdullah Puteh.
Kunjungan Pj Bupati dan Senator Aceh ini untuk melihat langsung proses produksi sekaligus melepas secara simbolis produk olahan tembakau dari PR Bako Gayo ini ke luar daerah dan luar negeri.
Turut serta mendampingi Pj Bupati dalam kunjungan tersebut antara lain Asisten Ekonomi Pembangunan, Kepala Dinas Perdagangan, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Perkebunan dan Camat Lut Tawar.
Dalam kunujungan tersebut, Pj. Bupati Aceh Tengah mengapresiasi kreativitas masyarakat Gayo yang telah mampu menghasilkan produk olahan tembakau berkualitas yang mampu menembus pangsa pasar nasional maupun internasional dari Kabupaten Aceh Tengah.
Menurutnya dengan adanya prosesing produk olahan tembakau ini, nilai tambah dari usaha pengolahan tembakau ini akan dinikmati oleh masyarakat setempat dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Pelepasan produk Perusahaan Rokok Bako Gayo ke pasar nasional dan internasional menjadi salah satu langkah untuk dapat memperbaiki dan memajukan perekonomian daerah, bukan hanya bagi petani tembakau, tapi juga bagi pelaku usaha dan pekerja yang terlibat dalam proses produksi olahan tembakau ini," ungkap T. Mirzuan
Pj. Bupati T. Mirzuan juga menambahkan, memasarkan produk lokal seperti tembakau produk olahannya ke pasar nasional dan internasional merupakan terobosan bagus yang harus terus ditingkatkan dan di pertahankan oleh pelaku usaha dan perlu mendapat dukungan penuh dari pihak-pihak terkait.
Dengan terbukanya pangsa pasar nasional dan iternasional bagi produk olahan tembakau Gayo ini, menurut Mirzuan akan memberi dampak positif bagi kemajuan daerah.
Selain bisa menjadi sumber perekonomian potensial, juga membuka banyak lapangan kerja baik di bidang budidaya maupun di bidang usaha produk olahannya.
Pemerintah daerah tentu sangat mendukung upaya produktif yang telah dilakukan oleh PR Bako Gayo ini, kedepan ini akan bisa menjadi salah satu andalan perekonomian kita di Kabupaten Aceh Tengah.
"Selain dari kopi dan hortikultura, upaya diversifikasi komoditi dan diversifikasi usaha seperti ini harus kita dorong dan kita berikan berbagai kemudahan agar dapat berkembang dan maju," lanjutnya.
Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Senator Abdullah Puteh, yang sejak awal pendirian perusahaan rokok ini, selalu membantu dan memberikan dukungan agar perusahaan ini mampu bergerak maju.
"Potensi lokal seperti ini harus kita dorong untuk terus maju, meningkatkan kapasitasnya dan yang paling utama mempertahankan kualitas dan ciri khasnya, karena ini menjadi kunci agar produk kita mampu bersaing diluar daerah maupun di manca negara" ungkap Abdulah Puteh.
Dalam kunungan tersebut, Pj Bupati T. Mirzuan dan Abdullah Puteh, juga berkesempatan mencoba alat pelinting rokok, meskipun alatnya sederhana, namun mampu menghasilkan produk rokok yang berkualiyas dan mulai banyak digemari olah konsumen di berbagai daerah bahkan sampai ke luar negeri.
Sejak tahun 2020 yang lalu, produk rokok dan bako ijo dari PR Bako Gayo ini, sudah mulai dipasarkan di beberapa daerah di Sumatera seperti Medan, Pekan Baru, Jambi dan Palembang.
Produk ini juga mulai dikenal di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jawa Tengah seperti Purwokerto, Cilacap dan Banjarnegara. (Fathan Muhammad Taufiq/toeb)