Perilaku Hidup Bersih, Faktor Penting Cegah Stunting pada Balita

:


Oleh MC PROV ACEH, Kamis, 10 November 2022 | 10:03 WIB - Redaktur: Kusnadi - 116


Banda Aceh, InfoPubik - Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Ayu Candra Febiola Nazuar mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi faktor penting untuk mencegah terjadinya stunting pada balita.

"Sebab PHBS merupakan salah satu indikator penyebab status gizi dan kesehatan pada balita tidak tersalurkan dengan baik," kata Ayu Nazuar.

Hal itu disampaikan Pj Ketua PKK Aceh tersebut kala kunjungan kerjanya dalam rangka pembinaan Kader TP PKK di Gampong Weubada, Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, Rabu (9/11/2022).

"Berdasarkan hasil evaluasi dalam kunjungan kerja saya ke Aceh Utara, ditemukan kecamatan yang stunting tinggi, ternyata tidak menerapkan PHBS yang baik (sanitasi dan akses air bersih kurang baik)," kata wanita yang lebih dikenal dengan Ayu Marzuki itu.

Selain itu, Ia mengaku, Aceh adalah salah satu daerah istimewa, di mana masyarakatnya mempunyai rasa memiliki yang kuat dan tinggi terhadap tanah kelahirannya. Karena itu ia menginginkan rasa memiliki yang kuat harus disertakan dalam pola hidup sehari -hari, terutama dalam menghadapi setiap permasalahan yang berkembang di masyarakat.

Seperti, stunting, ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK), parenting atau pola asuh anak, pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, lingkungan, dan kesehatan.

"Aceh punya permasalahan yang banyak, seperti stunting, ibu hamil dengan KEK, lingkungan bersih. Saya ingin isu stunting ini jangan hanya jadi isu hantu, harus di tuntaskan," kata Ayu dalam arahannya.

Ia menerangkan, untuk menekan terjadinya stunting, diperlukan langkah mendasar yang harus diperhatikan, seperti mempersiapkan fisik dan mental calon pengantin untuk mempersiapkan kehamilan dengan baik, rutin mengkonsumsi tablet tambah darah, dan cegah pernikahan dini.

Kemudian, untuk mencegah stunting, juga harus berikan secara lengkap imunisasi dasar untuk balita dan dilakukan pemantauan tumbuh kembang, pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta, tatalaksana atau pemeriksaan balita dengan masalah gizi oleh petugas Posyandu merujuk ke Puskesmas dan RS, serta peningkatan cakupan dan peluasan jenis imunisasi seperti pelayanan rutin dan kampanye imunisasi dasar.

Usai memberikan arahan, Ayu Marzuki, di kesempatan itu, juga menyosialisasikan pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk kompos. Sampah organik rumah tangga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos, yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman. Selain dapat menjadi pupuk kompos, hal itu juga akan menjadi solusi untuk mengurangi limbah sampah rumah tangga.

Karena itu, ia menganjurkan agar masyarakat dapat memilah sampah organik dan non-organik. Sampah organik adalah sampah rumah tangga berupa sisa makanan seperti sayuran atau buah-buahan, bumbu dapur yang sudah tidak terpakai ataupun dedaunan yang rontok. Sedangkan sampah non-organik adalah sampah yang tidak dapat membusuk, seperti plastik, styrofoam, dan besi. (03)