Terancam Punah, Tradisi Atatbon Dimunculkan kembali di Momentum HUT 89 Tahun Gereja Katholik di Ninati.

:


Oleh MC KAB BOVEN DIGOEL, Selasa, 11 Oktober 2022 | 14:01 WIB - Redaktur: Kusnadi - 1K


Boven Digoel, InfoPublik - Momentum peringatan masuknya Agama Katholik di Ninati Kabupaten Boven Digoel, dimeriahkan dengan salah satu Tradisi Adat yang tidak biasa atau sudah lama tidak dilaksanakan yaitu Pesta Pasar Babi yang disebut Atatbon oleh masyarakat suku Muyu (Kati). 

Pesta Pasar Babi (Atatbon) terancam punah karena sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat. Terhitung tradisi ini terakhir kali dilaksanakan pada 21 tahun yang lalu dan kini dimunculkan kembali.  

"Bagi generasi sekarang banyak yang tidak tahu Atatbon, karena sudah lama sekali tidak kami laksanakan", kata Ketua Adat Pasar Babi, Petrus Keranop saat ditemui ditengah pelaksanaan prosesi Adat Pasar Babi di Ninati, Senin (10/10/22).

Menurutnya, tradisi ini merupakan adat dan budaya turun temurun masyarakat suku Muyu - Mandobo dan lainnya, yang menjadikan babi sebagai sumber pendapatan, sehingga Atatbon ini dilakukan.

Selain itu jelas Petrus, pesta Pasar Babi ini juga dilakukan untuk mengangkat kembali dan memperkenalkannya kepada generasi sekarang, agar tidak hilang adat budaya suku kami.

"Jadi sebenarnya dalam Atatbon ini banyak maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Selain untuk pendapatan, pesta ini juga untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan tali persaudaraan diantara para klan (suku) yang sudah terjadi turun temurun sejak Tete Nene Moyang kami," jelas Petrus

Petrus berkisah, Pesta Pasar Babi (Atatbon) merupakan salah satu tradisi yang mirip dengan bazar (penggalangan dana). Apa yang tidak dimiliki suku tertentu akan segera terpenuhi dengan pesta ini, karena akan mengundang berbagai suku untuk hadir dengan membawa kelebihan masing-masing terutama uang (Ot), dan makanakan berupa sagu, pisang, keladi dan berbagai jenis makanan lain, untuk ditukarkan dengan Tuan Pesta yang menyelenggarakan Atatbon tersebut.

"Kenapa di momentum HUT Agama Katholik ini kami lakukan, karena adat dan agama tidak bisa dipisahkan dan berjalan sendiri-sendiri, melainkan berjalan bersama dalam mengantarkan suku Muyu menjadi Katuk Anam-anam atau manusia sesungguhnya," ucap Petrus.

Diharapkan pesta Pasar Babi (Atatbon) ini terus dilaksanakan, agar adat budaya yang diajarkan para leluhur tidak hilang, ditengah kemajuan perkembangan zaman, yang seolah-olah akan mempengaruhi manusia untuk lupa akan tradisi adat budayanya masing-masing. (MC.Boven Digoel/ARFK).