Libatkan Pakar Dalam dan Luar Negeri, BKKBN Gelar Konverensi Internasional Percepatan Penurunan Stunting

:


Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Rabu, 5 Oktober 2022 | 03:36 WIB - Redaktur: Tobari - 104


Surabaya, InfoPublik - Angka Stunting di Indonesia sudah turun namun masih belum memenuhi target. Untuk itu, BKKBN terus melakukan berbagai upaya untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia salah satunya dengan melibatkan para pakar dan akademisi dalam negeri maupun luar negeri.

Hal ini antara lain melalui berbagai kajian-kajian ilmiah yang dibedah dalam acara The 2nd South East Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting (SEAA) 2022 di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya Malang, Selasa (4/10/2022).

Pada kesempatan ini, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Estianto Dardak, menyampaikan apresiasi terhadap kinerja BKKBN, terutama pada kepemimpinan Hasto Wardoyo.

"Saya sangat salut kepada Kepala BKKBN, sejak saya menjadi Bupati Trenggalek, Pak Hasto ini sangat tepat dalam pengambilan kebijakan dalam mengatasi masalah kependudukan," ungkap Emil Dardak.

Emil menambahkan agar kebijakan yang diambil tepat sasaran dan program bisa berjalan sesuai dengan target maka dibutuhkan data yang stabil dimana setiap Kementerian/Lembaga memiliki kesamaan data. Selama ini, data antar K/L masih ada selisih.

"Untuk itu, kami membutuhkan data stabil by name by address yang bisa dimanfaatkan oleh semua K/L sesuai dengan kebutuhan masing-masing," jelasnya.

Kepala BKKBN, HastoWardoyo, mengungkapkan angka stunting di Indonesia sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun kemarin.

Berdasarkan data SSGI 2021, angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen sedangkan di Jawa Timur sebesar 23,5 persen.

"Kegiatan ini merupakan agenda dua tahunan dan kegiatan hari ini merupakan kegiatan yang kedua. Sedang yang pertama dilakukan pada tahun 2018 lalu, " jelas Hasto.

Hasto menambahkan selain masalah stunting, Indonesia juga akan segera dihadapkan pada aging population pada tahun 2035, dimana Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 jutajiwa (7,56 %) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9.7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat di mana tahun 2035 menjadi 48.2 juta jiwa (15,77%).

Saat terjadi aging population dibutuhkan Sumber Daya Manusia usia produktif yang berkualitas karena terjadinya dependen sirasio yang sangat tinggi.

"Dimana usia produktif harus menanggung biaya SDM yang tidak produktif yaitu lansia dan anak usia dibawah 14 tahun. Dimana kedua unsur SDM ini tidak produktif tetapi membutuhkan biaya yang cukup besar, " papar Hasto.

Untuk itu, sambung Doktor Hasto, sangat penting bagi Indonesia untuk menurunkan angka stunting bahkan zero stunting untuk menyambut era aging population tersebut.

"Anak stunting tersebut pasti merupakan SDM yang kurang bisa bersaing dimasa depan. Padahal tugas dan tanggung jawab mereka sangat besar, " ungkapnya.

Untuk itu, BKKBN bersama mitra terus melakukan berbagai upaya untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia dengan melakukan upaya pencegahan terjadinya stunting.

Selain itu, BKKBN juga mempersiapkan program pemberdayaan ekonomi usia non produktif perempuan, dimana angka lansia perempuan akan lebih besar dibanding lansia pria.

Dimana angka kematian pada kaum pria lebih tinggi dari pada angka kematian pada kaum perempuan.(MC Diskominfo Prov Jatim/non-her/toeb)