:
Oleh MC Kab Aceh Tengah, Jumat, 22 Juli 2022 | 15:20 WIB - Redaktur: Juli - 246
Jakarta, InfoPublik - Bertemu dengan Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, saat membuka "Dialog, Pameran, Bazar, Kuliner dan Pagelaran Budaya Gayo" di Jakarta, Kamis (21/7/2022), Kepala Perpustakaan Nasional, M. Syarif Bando menyampaikan sebuah pesan.
Dalam kesempatan itu, Syarif berpesan kepada Bupati Shabela, bahwa salah satu cara mempertahankan eksistensi kopi Gayo di pasar dunia, adalah mengoptimalkan peran Dinas Perdagangan Aceh Tengah untuk menjalin komunikasi intens dengan institusi perdagangan di sejumlah negara di dunia yang selama ini menjadi tujuan ekspor kopi arabika Gayo.
"Tadi Pak Bupati sudah menyampaikan bagaimana kopi, tembakau dan pinus dari Gayo mampu menembus pasar internasional, tantangannya adalah bagaimana masyarakat Gayo memiliki kemampuan untuk terus bisa memasarkan semua produk tersebut di dunia internasional secara berkelanjutan," ungkap Syarif.
Demikian juga dengan publikasi komoditi unggulan, khususnya kopi Gayo. Syarif bertanya apakah literasi tentang kopi Gayo sudah ada dalam Bahasa Inggris, Bahasa Arab? Apakah sudah ada data berapa lama kopi Gayo sampai di negara tujuan, berapa dolar harganya?
Syarif menyebutkan importir kopi terbesar di dunia adalah Amerika, Eropa, Jepang, Korea dan lain-lain.
"Saran saya, Pak Bupati harus menugaskan Kepala Dinas Perdagangan untuk bisa menjalin komunikasi dengan orang-orang di Amerika, Jepang, Jerman, Korea dan negara-negara buyer lainnya, Kepala Dinas Perdagangan harus mampu berkomunikasi dengan institusi perdagangan negara tujuan ekspor, untuk mengetahui berapa banyak kopi yang dibutuhkan, jenis dan kualitas seperti apa yang diinginkan dan sebagainya," lanjutnya.
Syarif mensinyalir, selama ini petani hanya menunggu pedagang tengkulak untuk mengumpulkan kopi, untuk kemudian diekspor. "Itu tidak boleh lagi, harus pemerintah daerah yang berkomunikasi dengan negara-negara tujuan tersebut, bila perlu Pak Bupati melakukan MoU dengan negara tersebut untuk jumlah pasokan kopi dari Gayo, dengan demikian eksistensi kopi Gayo di pasar global" sambungnya.
Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian menurut Syarif adalah narasi bagaimana kopi dikelola di Tanah Gayo yang akrab lingkungan dan tidak pernah melanggar kemanusiaan seperti mempekerjaan anak di bawah umur dan sebagainya, karena hal-hal sensitif seperti ini bisa menjadi isu besar di negara-negara maju.
Selain Bupati Shabela, dalam acara Dialog, Pameran, Bazar, Kuliner dan Pegelaran Budaya Gayo yang digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional tersebut, juga ikut hadiri sejumlah Kepala OPD lingkup Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Ketua Musara Gayo Jabodetabek, Ahyar SH, Ketua Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda, Surya Darma, tokoh masyarakat Gayo Jakarta, serta para seniman baik yang datang dari Dataran Tinggi Gayo maupun yang berdomisili di deputaran Jabodetabek.
Sebelumnya Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar dalam sambutannya, menyampaikan tentang potensi kopi Gayo, pinus dan tembakau Gayo yang merupakan komoditi unggulan dan potensi ekonomi terbesar di daerahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Shabela meminta masukan agar komoditi unggulan daerah tersebut dapat dipertahankan harganya dan terus bisa mengisi pasar ekspor ke mancanegara, dengan demikian komoditi unggulan tersebut dapat menjadi penyangga utama perekonomian masyarakat Gayo di Aceh Tengah.
Kegiatan “Dialog, Pameran, Bazar, Kuliner dan Gelar Budaya Gayo” tersebut diselenggarakan Komunitas Musara Gayo Jabodetabek (MGJ) bekerjasama dengan Pemkab Aceh Tengah dengan dukungan dari Perpustakaan Nasional.
Ketua MGJ, Ahyar Gayo menyampaikan kegiatan tersebut dimaksudkan mendorong pembangunan Tanoh Gayo dalam bidang ekonomi, budaya, pariwisata dan entrepreneurship.
“Ini salah satu cara kami para perantau asal Dataran Tinggi Gayo memberi perhatian dan kepedulian kepada tanah kelahiran untuk kemajuan bersama," kata Ahyar Gayo. (Fathan Muhammad Taufiq/MC Aceh Tengah)