:
Oleh MC KAB TOBA, Senin, 15 November 2021 | 13:12 WIB - Redaktur: Juli - 160
Toba, InfoPublik - Badan Pelestari Nilai Budaya (BPNB) Aceh mempersembahkan sendratari yang berjudul Warna Danau di Hotel Labersa, Balige, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Sabtu (13/11/2021).
Nilai-nilai budaya dari empat suku (puak) di kawasan Danau Toba tersebut akan ditampilkan di berbagai daerah setelah tampil di Kota Balige.
Terkait kegiatan tersebut, kurator Thompson Hs mengisahkan bagaimana dirinya melatih kaum muda dari kawasan Danau Toba hingga tampil di depan para penonton.
“Jadi, saya salah satu kuratornya sekaligus dipercaya membuat naskah dan melatihnya yang berproses hampir 9 bulan. Pelatihan yang kita buat terselenggara dengan beberapa tahapan, saat COVID-19 kita pun tetap bekerja dengan mengikuti prokes yang ketat,” sebut Thompson Hs pada Senin (15/11/2021).
Pihaknya bahkan harus berhenti saat latihan karena pandemi COVID-19 datang. Enam tahapan yang ia kerjakan selama 9 bulan tersebut diharapkan mampu memperkenalkan keindahan dan nilai budaya kawasan Danau Toba kepada khalayak ramai.
Seluruh isi pertunjukan yang diselenggarakan perdana ini akan ditampilkan di beberapa daerah; Toba, Jakarta, Padang, dan Medan. Isi pertunjukan tersebut adalah warisan budaya tak benda dari 4 puak di kawasan Danau Toba.
“Ini adalah salah satu program pendukung destinasi super prioritas Danau Toba yang diproduksi BPNB Aceh yang bertugas di wilayah Provinsi Aceh. Kadang, kita harus berhenti. Tahapannya ada 6, mulai dari perekrutan. Konten ini kita akomodir dari warisan budaya di Indonesia, secara khusus kawasan Danau Toba ditambah beberapa hal berpotensi yang dijadikan sebagai WBTB,” sambungnya.
Ia juga berharap agar warisan budaya lainnya dapat diperlihatkan kepada pihak luar agar semakin tertarik datang ke kawasan Danau Toba.
“Inilah caranya kita mempromosikan Danau Toba dengan cara budaya. Kita gampang menyampaikan mempromosikan, padahal potensinya kita tidak angkat. Garapan ini sebetulnya masih kurang dalam garapan potensi lainnya yang ada di Danau Toba, seperti alat musiknya dan pemusiknya secara live. Tapi, kalau kita munculkan alat musiknya ini, bisa mencapai satu kontainer,” terangnya.
Ia yakin, dengan adanya kontribusi kaum milenial menggali potensi warisan budaya, kawasan Danau Toba semakin digandrungi pengunjung.
“Jadi, mereka berlatih dengan baik, mulai dari belakang panggung bagaimana hal-hal kecil pun harus diperhatikan. Yang paling utama adalah bagaimana reaksi mereka melihat potensi budaya di kawasan Danau Toba ini,” tutup dia. (MC Toba map/rik)