:
Oleh MC KAB PASER, Kamis, 22 Juli 2021 | 15:04 WIB - Redaktur: Kusnadi - 372
Tana Paser, InfoPublik – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Paser Kalimantan Timur, menggelar desiminasi dan sosialisasi Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPARDA) Kabupaten Paser 2020-2025, di ruang rapat Simpepeda Bappedalitbang, Kamis (22/07/2021).
Penyusuan RIPARDA ini kerjsama Bappedalitbang Paser dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) Universitas Mulawarman.
Kepala Bappedalitbang Paser, Muksin, dalam paparannya mengatakan selain untuk menyosialisasikan RIPARDA periode lima tahun kedepan, kegiatan ini juga untuk memberikan masukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata.
“Nantinya akan menjadi bahan masukan pengambilan kebijakan makro bagi Kepala Daerah tentang pembangunan kepariwisataan,” ujar Muksin.
Dari kegiatan ini, lanjut Muksin, akan diperolah naskah akademik Peraturan Daerah (Perda) tentang RIPARDA Kabupaten Paser Tahun 2020-2025. Perda itu mengatur tentang bagaimana strategi rasional pembangunan kepariwisataan Kabupaten Paser berdasarkan Hasil kajian RIPARDA.
“Kajian RIPARDA meliputi strategi Pembangunan Industri, destinasi, dan pemasaran pariwisata Kabupaten Paser. Semuanya akan direalisasikan dalam program-program rasional pembangunan kepariwisataan,” ungkap Muksin.
Berdasarkan data RIPARDA, Pemkab Paser telah memetakan struktur perwilayahan untuk kawasan pengembangan pariwisata. Hasil pemetaan itu diketahui bahwa terdapat 104 objek wisata potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Paser.
Fareis Arthalets, S.Par, M.M. Par dari Unit Layanan Strategis Percepatan Pembangunan dan Inovasi Daerah (ULS-PPID) Universitas Mulawarman Samarinda menjelaskan terdapat sejumlah isu strategis yang menjadi kendala pembangunan pariwisata di Kabupaten Paser.
“Diantaranya belum dikembangkannya destinasi wisata, belum memadainya fasilitas pendukung kepariwisataan, promosi atau pemasaran pariwisata masih rendah. Begitu pun dengan kemitraannya,” jelasnya.
Kendala lain, yakni masih rendahnya kualitas SDM pengelola pariwisata di level masyarakat misalnya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang dinilai masih belum memiliki jiwa enterpreneruship yang mendukung. (MC Paser/Hutja)