:
Oleh MC PROV JAWA BARAT, Senin, 1 Februari 2021 | 20:15 WIB - Redaktur: Juli - 183
Cikarang, InfoPublik - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mendukung penuh upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang meningkatkan kapasitas Puskesmas dalam program Puskesmas Terpadu dan Juara (Puspa).
Hal itu diungkapkan Menkes pada peluncuran program Puspa secara daring yang disaksikan Gubernur Jawa Barat, bersama jajaran pemerintah Provinsi Jabar dan Kabupaten Bekasi di Puskesmas Cikarang, Jalan Ki Hajar Dewantara, Kabupaten Bekasi, Senin (1/2/2021).
Menurut Menkes, peran puskesmas baik saat pandemi maupun sistem kesehatan nasional sangat besar. Khususnya untuk pandemi sekarang sedang memperbaiki aturan-aturan yang ada agar peran puskesmas terutama untuk sisi hulunya ditingkatkan.
"Karena apapun yang kita lakukan di sisi hilir, sisi rumah sakit yang sangat berat tekanannya akhir-akhir ini, tidak akan memberikan manfaat yang maksimal kalau titik hulunya tidak kita bereskan. Sisi hulu di sini adalah sisi bagaimana kita mengubah perilaku masyarakat untuk lebih patuh terhadap protokol kesehatan memakai masker mencuci tangan menjaga jarak," ujar dia.
Menurut dia, hal tersebut penting sekali untuk mengungkit peranan puskesmas sebagai titik paling ujung, paling dekat ke masyarakat.
"Kemudian strategi kedua di sisi hulu yang juga sangat penting adalah strategi testing tracing dan isolasi. Sekali lagi peranan Puskesmas sangat penting," ujar Menkes.
Budi mengatakan, untuk mengatasi pandemi ini ada dua strategi, yakni sisi hulu yang sangat penting dan peranan puskesmas sangat strategis di sana. Pertama adalah mendidik masyarakat untuk selalu melakukan protokol kesehatan 3M, dan yang kedua adalah strategi melakukan testing tracing dan isolasi yang baik.
"Nanti kami akan mempermudah, kami akan melengkapi seluruh puskesmas agar bisa melakukan testing maupun tracing yang baik, dan bagaimana mereka juga dibantu untuk bisa mengoordinasikan isolasi masyarakat yang kontak erat atau memang confirm positif tapi kondisinya tidak berat karena rumah sakit yang ada tidak mungkin mampu menampung ini semua," kata dia.
Menurut dia, dari seratus orang yang terkena COVID-19 yang perlu ditampung di Rumah Sakit mungkin hanya antara dua puluh sampai tiga puluh persen. Sisanya 70-80 persen harus dikarantina dan isolasi agar mereka tidak menularkan.
"Mengatasi pandemi adalah mengurangi penularan virus, mengatasi pandemi adalah flattening the curve. Jadi strategi mengurangi laju penularan virus yaitu strategi mengubah perilaku dan ketaatan terhadap protokol kesehatan, dan strategi untuk testing, tracing dan isolasi itu adanya di Puskesmas," sambung dia.
Menkes melanjutkan bahwa, di luar pandemi, masa depan sistem kesehatan Indonesia juga ada di puskesmas. Kalau semuanya hanya melihat dari sisi rumah sakit atau dari sisi kuratif, ongkosnya mahal sekali.
"Di seluruh dunia, biaya kesehatan itu tumbuhnya di atas pertumbuhan ekonomi, itu sangat tidak berkesinambungan. Oleh karena itu kita harus lebih banyak fokusnya bukan mengobati orang sakit tapi menciptakan orang yang sehat sehingga tidak harus masuk rumah sakit," ucap dia.
Lebih lanjut kata dia, strateginya harus lebih banyak preventif dan promotif dibandingkan dengan strategi kesehatan yang kuratif. "Sebagai manusia pun kita pasti secara alamiah lebih senang hidup sehat dibandingkan dirawat di rumah sakit. Secara ekonomi akan jauh lebih baik jika orang bisa sehat dan bekerja," ujar dia.
Dia menambahkan, Puskesmas memimpin gerakan membangun rakyat yang sehat bukan mengobati rakyat yang sakit. Mengobati yang sakit adalah tugasnya di Rumah Sakit. "Itu yang harus kita perjelas agar waktu, uang yang kita miliki lebih banyak digunakan di sisi promotif dan preventif," ucap dia.