:
Oleh MC KAB GARUT, Jumat, 18 Desember 2020 | 06:54 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 277
Tarogong Kidul, infopublik – Pandemi Covid-19 hampir meluluhlantahkan berbagai sektor di Indonesia, mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial dan lain-lain.
Dampak dari Covid-19 juga dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Garut, dimana banyak penduduk Garut yang kesulitan khususnya dari sisi finansial, karena adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK ) dan lain sebagainya.
Bahkan, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Garut, Ade Hendarsyah, mengatakan hampir 65 persen penduduk Garut mendapatkan bantuan sosial karena terdampak Covid-19.
“Kalau melihat bantuan yang telah dikucurkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemeritah provinsi dan kabupaten, mereka yang terkategorikan terdampak covid, itu bisa di kisaran 65 persen. 65 persen penduduk Garut itu menerima bantuan sosial dari 9 pintu bantuan termasuk program BPNT, PKH dan dana desa,” ujar Ade saat ditemui oleh Tim Diskominfo Garut, di Kantor Dinsos, Jalan Patriot, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Rabu (16/12/2020).
Saat ini pihaknya sedang melakukan pemadanan data, agar tidak terjadi data ganda dari penerima bantuan sosial ini. “Nah kita kan sedang melakukan pemadanan karena kita juga ingin menghindari data ganda penerima bantuan jadi bagaimana supaya bantuan ini tidak duplikasi, yang provinsi dia dapat, dari pusat dia dapat, dari kabupaten juga dia dapat."katanya.
Oleh karena itu, lanjut Ade, Perlu dipadankan supaya tidak hanya sekadar adanya pemerataan tetapi bantuan ini bisa benar-benar tepat sasaran bagi mereka yang membutuhkan.
Ade menyampaikan adanya program bantuan ini, sebagai wujud perlindungan sosial bagi masyarakat yang terdampak pandemi virus corona ini.
Menurutnya, banyak pemutusan hubungan kerja, bahkan mereka yang kehilangan pekerjaan. Banyak pekerja yang dirumahkan dengan bayaran yang tentu saja tidak seperti biasa yang mereka dapatkan dimasa sebelum pandemi (pengurangan penghasilan) dan sebagainya yang tentu berdampak pada kemampuan beban pengeluaran keluarga yang rentan tadi, rentan karena ada goncangan pandemi.
"Jadi karena ada goncangan sedikit saja apalagi goncangannya seperti ini yang mengglobal mendunia semua terdampak,” ungkapnya.
Menurut Ade, melansir dari Badan Pusat Statistika (BPS) Garut, angka kemiskininan Kabuapten Garut di tahun 2019 itu ada diangka 8,98 persen.
“Mudah-mudahan pandeminya berakhir ya tentu saja kita bisa kembali hidup normal misalnya. Dan kemudian kita juga bisa menekan angka kemiskinan dikisaran 6,5% (target di tahun 2024), pungkasnya.