Indonesia “Supermarket” Bencana

:


Oleh MC KAB LUWU UTARA, Rabu, 23 September 2020 | 12:59 WIB - Redaktur: Kusnadi - 592


Luwu Utara, InfoPublik - Pernyataan menarik disampaikan Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial (PSKBS) Direktorat Jenderal (Ditjen) Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia, Muhammad Syafei Nasution, saat memimpin kegiatan Pencanangan Kawasan Siaga Bencana (KSB) di empat titik di Kabupaten Luwu Utara, Senin (21/9/2020) yang dipusatkan di lapangan Desa Kamiri, Masamba.

Dia menyebutkan bahwa dunia saat ini menyebut negara Indonesia sebagai “supermarket” bencana. Julukan Indonesia sebagai “supermarket” bencana, menurut dia, bukan tanpa sebab. Mengingat hampir semua jenis bencana alam ada di Indonesia. Mulai dari longsor sampah di Cimahi, tsunami di Aceh, erupsi gunung Merapi di Jawa, gempa bumi di Lombok, bencana likuifaksi di Palu, sampai bencana kekeringan di Jawa.

“Sewaktu kami menggelar kegiatan Asean Regional Forum di Kota Manado, seorang peneliti asal Jepang mengatakan bahwa Indonesia adalah ‘supermarket’ bencana. Maksud peneliti Jepang ini adalah karena seluruh bencana di dunia itu semuanya ada di negara kita. Negara lain bencananya tidak selengkap di Indonesia,” terangnya.

Kendati demikian, sebut dia, dunia juga mengakui bahwa Indonesia mampu meminimalisir risiko terjadinya bencana.

“Yang mereka juga kagumi dari Indonesia adalah bagaimana Indonesia, negara dengan 17 ribu pulau ini masih mampu meminimalisir risiko terjadinya bencana dengan beberapa program penanggulangan bencana berbasis masyarakat,” jelasnya.

Langkah-langkah mitigasi ini pula yang membuat dunia kagum pada Indonesia karena dalam kegiatan mitigasi kebencanaan, partisipasi masyakarat menjadi hal yang paling urgen dilakukan.  

“Tak satu pun daerah di Indonesia yang aman dari bencana, sehingga dibutuhkan langkah antisipatif melalui program mitigasi yang tepat guna meminimalisir risiko bencana. Salah satu yang dilakukan adalah membentuk Kawasan Siaga Bencana dengan melibatkan para tagana yang kini jumlahnya mencapai 39 ribu. Mereka ini adalah pejuang kebencanaan yang kita beri tugas mengedukasi masyarakat dalam program kemitigasian,” tandasnya. (LH)