NAPZA dan HIV/AIDS Hancurkan Harapan Generasi Muda

:


Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Selasa, 8 Oktober 2019 | 13:09 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 790


Painan, InfoPublik - Selasa (8/10/2019), petugas puskesmas salido melakukan Sosialisasi Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya serta HIV/AIDS bagi remaja di wilayah kerja Puskesmas Salido bertempat di Hotel Triza Painan.

Hal tersebut dibenarkan Kepala Puskesmas drg. Adriyani ketika dikonfirmasi mengatakan sosialisasi tersebut diikuti 33 orang remaja dengan narasumber dari Puskesmas Salido.

Dalam arahannya Adriyani mengatakan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) merupakan Zat Adiktif yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (diminum, dihisap, dihirup dan disedot) maupun disuntik, dapat mempengaruhi kejiwaan/ psikologis dan kesehatan seseorang, serta menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.

“Berdasarkan data BNN dan universitas Indonesia pada tahun 2017 penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada 34 Propinsi sebanyak 3,3 juta orang, dari angka tersebut, ada sekitar 800 ribu (23,7%) penyalahgunaan yang berasal dari lingkungan pendidikan serta dari karakteristik pecandu berkisar 44% pecandu baru,” katanya.

Dilanjutkannya sedangkan HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

“Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), dimana pada kondisi ini, penderita akan berada pada stadium akhir dari infeksi virus, pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.” tuturnya.

Diterangkanya sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.

“Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, terdapat lebih dari 40 ribu kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, HIV paling sering terjadi pada heteroseksual, diikuti lelaki seks lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun). Di tahun yang sama, lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800 orang,” ujarnya.

Oleh sebab itu deteksi dini dan sosialisasi NAPZA serta HIV/AIDS menjadi sangat penting untuk dilakukan pada kalangan remaja agar dapat memberikan pengetahuan yang luas berkaitan dengan itu.