:
Oleh MC Kab Sumbawa Barat, Jumat, 2 Agustus 2019 | 14:39 WIB - Redaktur: Juli - 592
Sumbawa Barat, InfoPublik - Bupati Sumbawa Barat W. Musyafirin mengungkapkan visi Kabupaten Sumbawa Barat dalam memenuhi hak-hak dasar masyarakat selain memberi jaminan kehidupan dan melepaskan masyarakat KSB dari kemiskinan juga bagian dari upaya pemerintah menjawab masalah stunting.
Bupati menjelaskan, masalah stunting adalah masalah yang kompleks. "Percuma menangani stunting melalui perbaikan gizi, sementara pola asuh anak kurang baik dan pola hidup juga sangat buruk," katanya, Kamis (1/8/2019).
Menurut dia, dengan memenuhi hak-hak dasar, pola hidup masyarakat diharapkan akan membaik sehingga menciptakan keluarga yang sehat bebas dari stunting. Visi dan Misi KSB yang telah dicapai terbukti dari indeks kesehatan masyarakat di KSB saat ini sangat baik.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, H. Tuwuh saat ditemui di ruang kerjanya, juga mengatakan, pencegahan stanting sudah harus dimulai dari ibu hamil, sampai dengan melahirkan terutama sampai usia bayi 2 tahun. “Asupan gizinya harus diperhatikan dan bayi harus mendapat ASI eklusif,” kata H. Tuwuh.
Hidup sehat dengan menerapkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), tambah H. Tuwuh, adalah salah satu cara yang sangat penting untuk menurunkan angka stunting, karena dengan pola hidup sehat, gizi seimbang akan menurunkan angka stunting.
Pada tahun 2019 KSB menjadi kabupaten yang terendah dan terbaik di Nusa Tenggara Barat dengan angka stunting terendah yaitu 18,3 persen.
Dijelaskan H. Tuwuh, jika stunting dialami oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun. Maka hal ini harus segera ditangani dengan segera dan tepat. Pasalnya stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi.
Kondisi ini terang dia, disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak, bahkan sejak masih di dalam kandungan. “Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 20 persen kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Kondisi ini diakibatkan oleh asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit,” ungkap Tuwuh.
Stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. "Ini tidak diberikan ASI eksklusif ataupun makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas," ujarnya.
MC Sumbawa Barat/feryal/tifa.