:
Oleh MC Kab Sumbawa Barat, Kamis, 18 Juli 2019 | 04:43 WIB - Redaktur: Tobari - 4K
Sumbawa Barat, InfoPublik - Ketersediaan air menjadi faktor penting bagi petani untuk keberhasilan kembang tumbuh tanaman yang ditanam, baik padi maupun palawija.
Namun akan menjadi kesulitan tersendiri ketika posisi tanah lebih tinggi dari sumber air atau aliran sungai sehingga diperlukan teknik tersendiri untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.
Hal ini lah yang dialami petani yang ada di Desa Lampok, Kecamatan Brang Ene Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) di setiap musim tanam.
Desa yang berada di timur Kecamatan Brang Ene KSB Provinsi Nusa Tenggara Barat ini memiliki 70 hektare lahan pertanian tadah hujan yaitu lahan yang diolah dan diairi sesuai dengan intensitas hujan.
Karena lokasi pertanian yang lebih tinggi dari aliran sungai, dan untuk mengandalkan mesin sedot air untuk mengairi sawah tentu membutuhkan biaya tambahan.
Oleh sebab kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan anggara Dana Desa yang minim pada saat itu, sementara warga sangat membutuhkan maka Kades Lampok bersama tokoh masyarakat mencoba membuat inovasi jaringan irigasi dadakan dengan sistem perpipaan mata air baku tanpa memakai bahan bakar.
Inovasi tersebut adalah cara untuk mengairi sawah yang berada dilokasi yang lebih tinggi, dengan menggunakan pipa air yang berukuran 8 inci, 6 inci dan 4 inci yang ditanamkan pada bak penampungan air dengan perhitungan yang matang dan tehnik yang baik. Dari inovasi ini para petani dapat menanam hingga tiga kali setiap tahunnya.
Ini sangat membantu warga untuk mengairi sawah mereka, jika kami membuat irigasi permanen maka biayanya akan sangat mahal sekitar Rp6 miliar.
"Ini solusi yang tetap untuk warga disini untuk menaikan pendapatan para petani,” kata Kartono saat ditemui dikediamannya di Desa Lampok, Rabu (17/7/2019).
Kartono mengungkapkan, sistem ini telah dirakit sejak tahun 2017 lalu dan mengalami perbaikan hingga tahun 2019 ini. Dari jaringan tersebut dapat mengairi 30 hektare sawah dengan panjang pipa mencapai 1200 meter.
Ide kreatif ini telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu yang setelah dianalisa lebih lanjut, untuk mengalirkan air ke dataran yang lebih lebih tinggi harus dengan elevansi atau titik tertinggi sekitar 6 meter dari titik permukaan air.
Pembuatan dan perakitan jaringan ini dianggarkan dari Dana Desa yaitu dari anggaran pembuatan embung.
“Pekerjaan ini menghabiskan anggaaran Rp350 juta, dengan system swakelola yang dikerjakan secara gotong royong oleh warga desa dalam membangun jaringan tersebut,” kata Kartono.
Lebih jauh, pihaknya telah meminta bantuan dari Pemerintah Daerah untuk penambahan panjang pipa 600 meter menjadi 1.800 meter, sehingga seluruh lahan pertanian yang luas totalnya 70 Ha dapat diairi. Usulan penganggaran diajukan untuk Tahun Anggaran 2020 tetapi masih belum direspon.
“Bukan kami tidak mampu untuk menambah pipanya tetapi kami ingin pemda juga terlibat dalam inovasi ini, mungkin ada cara yang lebih baik dari petugas tekhnis sehingga bisa dikolaborasikan dengan sistem yang kami bangun ini,” kata Kartono.
Sementara di waktu yang sama, Tenaga Ahli Program Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat Desa Lutfi Amir, mengatakan bahwa selain Pemda, Pemprov dan Pusat juga harus mensupport inovasi tersebut karena ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki situasi yang sama dengan Desa Lampok.
“Ini solusi yang murah dan sangat bermanfaat, dengan adanya system ini bisa memangkas biaya operasional dan bisa menjadi solusi bagi daerah lain yang memilikii masalah yang sama,” kata Lutfi.
Anggara Dana Desa ini, tambah Lutfi, harus dilihat sebagai stimulan awal, pemicu atau penggerak untuk pengembangan yang lebih besar. Dana Desa sangat kecil, sementara Pemda, Pemprov dan Pusat mempunyai anggaran yang lebih besar.
Jika anggaran bisa disinergikan maka areal pertanian yang kering yang ada di Lampok bahkan daerah lain akan dapat diairi dan jumlah tanamnya akan lebih banyak serta hasilnya akan mensejahterakan warga.
Lutfi berharap pemerintah harus fokus dengan hal seperti ini karena hal ini adalah salah satu faktor pokok yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga setempat. (MC Sumbawa Barat/feryal/toeb).