:
Oleh MC Kab Sumbawa Barat, Minggu, 7 Juli 2019 | 02:52 WIB - Redaktur: Juli - 7K
Sumbawa Barat, InfoPublik - Makanan atau jajanan tradisional kampung halaman, selalu mengingatkan kehangatan dan akrabnya persaudaraan di kampung, sehingga membuat rindu, tak terkecuali Palopo, kudapan khas dari Sumbawa Barat.
Palopo adalah jajanan khas yang telah turun temurun diwarisi oleh nenek moyang sejak puluhan tahun lalu. Puncak terkenalnya sekitar tahun 1962, hingga sekarang telah menjadi ikon jajanan tradisional khas Sumbawa Barat.
Seorang pedagang Palopo, Fitria yang tinggal di Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat mengungkapkan, cara membuat kuliner yang satu ini cukup mudah. Susu kerbau segar yang didapat dari peternak, olehnya difermentasi dengan air perasan terong kuning (terong Para, bahasa sumbawa) dan gula merah.
“Bubur palopo dibuat berdasarkan resep yang didapat secara turun-temurun, memang cara membuatnya mudah tetapi jika bukan dari keturunan keluarga yang bukan pembuat Palopo maka rasanya tidak sama dengan cita rasa Palopo yang khas,” kata Fitria saat ditemui di rumahnya, Sabtu (6/7/2019).
Setelah dibiarkan mengental, lanjut Fitria, adonan yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam mangkok untuk dikukus setengah jam lamanya. Lalu didinginkan dan siap disantap.
Salah seorang mahasiswa Sumbawa Barat yang menempuh pendidikan S1 di Universitas Mataram (Unram), Yori mengatakan, Palopo adalah kuliner khas KSB yang rasanya tidak pernah terlupakan. Ia mengaku bahwa setiap kangen kampung halaman, Yori meminta Ibunya untuk mengirim makanan tersebut ke Mataram.
“Rasanya seolah memanggil untuk pulang. Kalau saya kangen sama keluarga dan teman-teman di Kampung halaman maka untuk mengobati kerinduan tersebut saya memakan Palopo,” katanya.
Pelopo tak hanya memberi cita rasa yang khas, tambah Yori, rasa manisnya juga menggugah kenangan manis akan kampung halaman. “Saya seperti tersedot mesin waktu jika menikmati Pelopo, kembali ke masa kecil bersama ibu dan bapak di kampung halaman,” tutur dia, saat membeli Palopo di pasar tradisional Kantor Lurah Dalam.
Bagi masyarakat Sumbawa Barat, bubur palopo dipercaya bisa memulihkan stamina, sekaligus meningkatkan vitalitas. Selain rasanya yang manis dan gurih, harganya pun murah, yakni sekitar Rp10.000 per cup.
Susu yang mengalami proses fermentasi menurut beberapa ahli gizi mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi penderita sakit jantung. Kuliner ini bukan hanya dijual di KSB saja tetapi telah dijual dan dikirim hingga luar KSB seperti Sumbawa dan Lombok.
Fitria biasanya mengolah 20 botol susu kerbau segar setiap harinya, dan menjual lebih dari 150 cup Palopo. Dari hasil penjualannya setiap hari Ia mendapat untung rata-rata Rp800 ribu hingga Rp1 juta.
Fitria berharap, pemerintah menyediakan lapak khusus untuk menjual Palopo layaknya pusat kuliner khas Sumbawa Barat yang dikunjungi baik wisatawan lokal maupun mancanegara, seperti pusat oleh-oleh yang biasanya dikunjungi wisatawan.
“Ini bukan saja tentang kuliner biasa, tetapi ini adalah sejarah besar kuliner yang perkembangannya seiring dengan perkembangan KSB dari masa lampau,” katanya.
(MC Sumbawa Barat/feryal/tifa/Rangga)