:
Oleh MC PROV BALI, Kamis, 4 April 2019 | 13:04 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 14K
Gianyar, Infopublik - Siapa yang menyangka jika sampah pecahan kaca dan juga bekas botol-botol bisa didaur ulang dan dilebur dan dibentuk kembali menjadi karya – karya seni yang bernilai jual tinggi.
Karakter material limbah kaca memiliki potensi untuk kembali digunakan menjadi sebuah produk, karena limbah kaca yang telah menjadi pecahan-pecahan, tetap memiliki sifat yang sama dengan kaca yang baru, yaitu bening, tembus cahaya, tahan terhadap reaksi kimia, juga memiliki titik leleh terhadap panas yang tinggi.
Proses daur ulang ini sebenarnya adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi jumlah sampah di bumi dan meningkatkan nilai ekonomis suatu barang. Berbagai macam cara dilakukan oleh para seniman untuk ikut mengolah limbah kaca menjadi kerajinan seni yang bernilai tinggi.
Salah satunya adalah Wayan Sudiarsa, seorang pengrajin berasal Desa Belega ,Gianyar, Bali yang menekuni kerajinan seni olah kaca tiup. Kerajinan yang ditekuni oleh bapak tiga orang anak ini bermula ketika ia masih bekerja di sebuah perusahaan Jepang yang memproduksi produk berbahan kaca.
"Berbekal ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama 15 tahun dari perusahaan tersebut, Wayan akhirnya membuat usaha kerajinan sendiri di bidang yang sama."ungkapnya saat ditemui, Kamis(4/4/2019).
Menurutnya, kerajinan gelas dari bahan pecahan kaca mempunyai kesan mewah serta bentuknya unik dan nilai karya seni yang tinggi. Kerajinan daur ulang limbah kaca juga dapat digambarkan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Wayan menuturkan botol-botol kaca yang sudah tidak terpakai lagi dapat didaur ulang menjadi beraneka macam hiasan seperti tempat lampu, vas bunga, hiasan dinding, pot kaca dan lainnnya. Pemilik usaha bernama Inti Bali Glass mengatakan, jika Terarium merupakan salah produk unggulan yang diproduksi saat ini dan banyak diminati oleh wisatawan asing.
Bahan baku dari kerajinan seni olah kaca tiup memanfaatkan barang limbah kaca yang dikumpulkan dari berbagai tempat seperti diperoleh dari toko – toko bangunan dan juga dari para pemulung. Kaca-kaca tersebut kemudian dipilah sesuai dengan warna, lalu dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam tungku pencair.
Setelah itu kaca - kaca dipanaskan di suhu 1200 derajat Celcius selama kurang lebih 12 jam,sehingga berubah menjadi cairan yang menyerupai lahar panas lalu diambil dengan menggunakan alat khusus. Segumpal cairan kaca yang diambil kemudian dimasukkan ke dalam alat yang biasa disebut “mal” sambil ditiup dan diputar-putar. Setelah terbentuk benda yang diinginkan kemudian dimasukkan kembali ke dalam oven pendingin hingga semalaman.
Keesokan harinya, kaca yang sudah terbentuk itu dikeluarkan untuk dilakukan finishing seperti diberi sun glass, di-gravier dan diproses lainnya sesuai dengan desainnya. Pewarna yang dipakai ada yang berbentuk bubuk yang merupakan sisa dari serbuk paras, kerikil dan pasir. Pewarnaan dilakukan dengan caramenaburkan di atas meja, lalu kaca yang sudah ditiup “digiling” di atasnya.
Setelah itu kaca tersebut dimasukkan lagi ke dalam oven. Menurut Wayan, hal yang harus diperhatikan dalam prosedur pembuatan produk seperti ini adalah menjaga kestabilan suhu. Karena penurunan suhu yang drastis dapat mengakibatkan kaca tersebut pecah.(MC Gianyar).