:
Oleh MC KOTA SEMARANG, Selasa, 22 Januari 2019 | 10:51 WIB - Redaktur: Tobari - 261
Semarang, InfoPublik - Perlunya perhatian lebih terhadap pemenuhan ruang berkesenian bagi kaum muda di Kota Semarang menjadi topik hangat dalam diskusi Semarang Youth Now, yang diadakan Sekretariat DPRD Kota Semarang bekerja sama dengan beberapa komunitas kesenian dan beberapa pelaku usaha kreatif di Lot 28 Cafe, Senin (21/1/2019).
Acara yang dihadiri beberapa “pentolan” komunitas seni dan budaya ini, juga mendatangkan beberapa pejabat Pemkot Semarang, seperti Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Kota Semarang Nana Storada, Wakil Ketua DPRD Kota Agung Budi Margono, dan Kepala BLU UPTD Trans Semarang Ade Bhakti Ariawan.
Perwakilan dari Yayasan Setara Semarang, Bintang, mengatakan persoalan ruang menjadi sesuatu yang belum terjawab sejak beberapa tahun silam.
Banyak kelompok kesenian yang hingga kini masih kesulitan mengakses ruang-ruang publik sebagai ruang berkesenian. Jika pun ada dan layak, ruang tersebut sudah berbayar dengan nilai sewa yang tidak sedikit.
Di sinilah persoalan yang menyebabkan kesenian di kota ini seakan tak “hidup”. Kota Semarang sangat minim ruang berkesenian yang layak. Menurut dia, seharusnya Pemkot menyiapkan wadah dengan membangun ruang-ruang berkesenian baru.
Persoalannya, pemkot tak menyiapkan jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Sehingga semacam ada batas dan konektivitas yang terputus. Yang ada, wadah yang sudah dibangun bagus itu, tidak ada yang memanfaatkan.
Hal senada juga diungkapkan Eko, organisator kegiatan dari Rumah Kreatif. Menurutnya, persoalan di Kota Semarang dari dulu adalah, tidak adanya benang merah antara pelaku dengan pemerintah.
Dia menilai perlu ada jembatan komunikasi, sehingga apa yang dibutuhkan pelaku kebudayaan dan kesenian bisa terwadahi oleh pemerintah.
Selama ini memang ada kendala, semacam ada sekat. Perlu ada aktivasi sinergisitas antara masyarakat dengan pemerintah. Sehingga apa yang dilakukan pemerintah seperti pembangunan ruang kesenian baru, bisa dimanfaatkan oleh pelaku kesenian. "Hal itu butuh komunikasi, agar apa yang diinginkan masyarakat terwadahi,” imbuhnya. (MC Semarang/toeb)