Siasati Kelangkaan Air, Petani Desa Gantiwarno Tanam Padi Sistem Gogo Rancah

Lampung Timur, InfoPublik - Disebabkan masih lamanya jatah air untuk pengairan sawah, beberapa Daerah di Indonesia umumnya beralih fungsi tanam dari sistem tanah sawah ke sistem tadah hujan atau padi Gogo, begitu juga halnya dengan Masyarakat Desa Gantiwarno Dusun I yang menanam padi dengan sistem tadah hujan (Gogo Rancah).

Hal itu disampaikan Daswanto, Petugas PPL yang membawahi Desa Gantiwarno dan Gantimulyo. Menurutnya, pada umumnya budi daya padi darat dilakukan menjelang musim penghujan dan dilakukan hanya sekali dalam setahun.

“Karena jadwal air untuk mengairi sawah masih lama, pertengahan Januari, maka lebih baik waktu tanamnya maju dengan sistem Gogo rancah, diharapkan akan mendapat hasil atau panen lebih baik ketimbang menunggu jadwal air yang masih lama, sedang untuk bibit benihnya diambil dari benih padi yang lebih pendek jarak panennya," ujarnya, Sabtu (8/12/2018).

Menurut Daswanto, kekurangan dengan sistem tanam padi darat atau Gogo rancah ini adalah hasil panen, yang nanti dihasilkan tidak sebanyak dibanding dengan sistem pengairan tanah sawah.

“Ya karena pada sistem tanam padi Gogo rancah ini untuk kebutuhan air hanya mengandalkan air dari hujan saja maka jika penanaman padi tidak pada saat yang tepat tentunya karena disebabkan kekurangan air akan berpengaruh pada hasil benih yang ditanam serta pada hasil panen nanti," ungkapnya.

Salah seorang warga Desa Gantiwarno Dusun I, Hadi (46 tahun) ketika ditemui mengatakan, alasan warga dusun I Gantiwarno dan warga dusun lain  menanam padi dengan sistem Gogo.

“Karena kalau menunggu datangnya jatah air untuk pengairan ya masih lama, maka kami beralih tanam padi dengan padi Gogo rancah ini, disamping karena jika harus menunggu kelamaan maka stok padi yang kami miliki untuk makan tiap harinya sudah tidak cukup, makanya kami beralih tanam dengan sistem padi gogo ini," pungkasnya (Imamudin)