:
Oleh MC PROV BANGKA BELITUNG, Kamis, 22 November 2018 | 16:24 WIB - Redaktur: Tobari - 349
Bangka, InfoPublik - Selain belajar mandiri, peserta kegiatan Perkemahan Bakti Satuan Karya Widya Budaya Bakti juga mendapatkan pengetahuan lainnya, seperti ekskavasi arkeologi. Rasa ingin tahu membuat peserta perkemahan rela mengotori tangan, menggali lahan yang diduga terdapat barang bersejarah.
Tak tanggung-tanggung, pemateri kegiatan tersebut langsung didatangkan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur. Ekskavasi arkeologi merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui penggalian tanah. Penggalian bisa dilakukan di darat maupun di bawah air.
Namun penggalian tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Muhammad Ahwan Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menjelaskan, penggalian dilakukan secara sistematis untuk menemukan suatu atau himpunan tinggalan arkeologi dalam kondisi insitu.
"Hasil ekskavasi diperoleh data mengenai hubungan temuan arkeologi lapisan-lapisan tanah, kronologis guna merekonstruksi sejarah, budaya dan tingkat laku manusia pendukungnya," kata Muhammad, di Buper Depati Amir, Balun Ijuk, Kabupaten Bangka, Kamis (22/11/2018).
Tujuan ekskavasi arkeologi untuk menyelamatkan situs karena terancam kerusakan dan penelitian. Peserta perkemahan diajarkan secara detail, bagaimana cara melakukan penggalian. Adapun alat yang digunakan untuk penggalian di antaranya, sendok semen, palu, kuas dan peralatan kecil lainnya.
Sebelum melakukan penggalian, terlebih dahulu melakukan pemetaan. Selanjutnya membuat ruang kubus menggunakan tali. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses penggalian. Setelah mendapatkan pengetahuan ini, diharapkan anak-anak peduli melindungi barang terpendam bersejarah.
"Penggalian dilakukan dengan tanpa sepatu. Ini tujuannya agar kaki lebih peka merasakan apa yang ada di sekitar galian. Selain itu, saat proses penggalian tidak boleh merokok. Sebab barang temuan bisa terkontaminasi," ungkapnya. (MC Babel/Huzari/HS/toeb)