Kerja Bersama Tanpa Lelah untuk Palu

:


Oleh MC PROV BANGKA BELITUNG, Jumat, 19 Oktober 2018 | 11:39 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 268


Palu, InfoPublik - Rabu (17/10). Sudah hampir satu bulan pasca bencana Gempa, tsunami dan likuifaksi, di Sulawesi Tengah, masih menyisakan cerita mendalam khususnya bagi warga yang terdampak.

Pekerjaan terhenti dan aktifitas pendidikan formal pun seketika menghilang, hanya ada tumpukan sisa-sisa reruntuhan, dan kuburan masal.

Kini, tenda-tenda kokoh pengungsian yang kini menjadi tempat tinggal mereka selama beberapa hari, dingin, panas, sempit sudah pasti mereka semua rasakan, seluruh korban gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala dan Sigi.

Bencana Alam ini pun mengundang hati nurani seluruh warga dunia, relawan indonesia bahkan mata dunia, mereka berbondong-bondong terbang ke Palu meskipun akses jalan yang sulit dan tersendat. Tak terkecuali relawan dari Pramuka Peduli Kwarda Bangka Belitung dan Voulenteer Bangka Belitung dengan prinsip kemanusiaan yang tak mengenal suku, ras, agama maupun budaya ikut mengulurkan bantuan, mulai dari moril maupun materilnya.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawei Tengah Nomor 446/463/BPBD/2018 tanggal 12 Oktober 2018, menyatakan bahwa status tanggap darurat bencana di Sulawei Tengah diperpanjang 14 hari, terhitung sejak 13 Oktober sampai dengan 26 Oktober 2018.

Perjalanan tim relawan dari Bangka Belitung berlanjut di sebuah desa yg bernama Sindosa, Kec. Sindue Tobata yg berada di lembah Gunung Bonjoh, Sulteng. Info yang kami dapatkan dari seorang siswi bernama Ema Pratiwi, di desanya masih sangat kekurangan bantuan logistik.

Dengan jarak tempuh sekitar 71 Km dari Ki Kota Palu melalui jalan Aspal yang bergelombang dan perjalanan kurang lebih selama 3 jam, yang harus melewati jalan berbatu menuju Gunung dan jurang, belum lagi batu dan tanah longsor yg mengharuskan tim Pramuka Peduli dan Volunter Babel harus lebih sigap dan berhati-hati.

Jalan gelap karena rusaknya instalasi listrik serta retak dan bergelombang, jalan utama yang kami lalui mengharuskan kami melaju dengan kecepatan maksimal 60 Km/jam.

Pukul 20:00 WITA kami tiba di sebuah desa yang terdiri dari tiga dusun dengan 206 Kepala Keluarga, tanpa aliran listrik, hanya dengan penerangan cahaya dari lampu minyak.
Kami disambut warga di rumah tetua adat Desa Sindosa, penyambutan warga yang penuh kehangatan dan rasa kekeluargaan begitu kental, menghilangkan rasa penat dan letih.

Menurut Kepala Desa, Anton di desa Sindosa ini, ada 32 rumah sudah tidak layak dihuni dikarenakan rubuh dan retak bahkan ada rumah yang terendam lumpur.

Mengingat medan yang cukup sulit, tim memutuskan untuk menginap di desa sindosa, diteras rumah warga dengan perlengkapan yang telah kami siapkan dari Posko. Banyak informasi yang kami dapatkan dari obrolan dengan warga,
sejak terjadinya gempa hingga tiga pekan pasca gempa. 

Cuaca desa Sindosa di pagi hari cukup menggerakkan hati untuk menebalkan pakaian dan jaket. Namun tugas memanggil, kami harus segera bergerak menuju posko-posko korban bencana gempa di desa lainnya yang masih kekurangan logistik.

Penyerahan logistik langsung kami serahkan kepada kepala desa disaksikan warga desa. Logistik untuk para pengungsi berupa beras, mie, minyak goreng, terpal dsb, setelah diserahkan tim relawan Bangka Belitung pamit meninggalkan Desa. 

Salam juga kami sampaikan dari masyarakat Bangka Belitung dan Bapak Gubernur Prov.Kep. Babel, Erzaldi Rosman. Masyarakat Babel turut berduka cita atas bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah, tak lupa motivasi kami sampaikan, serta doa semoga Allah SWT melindungi kita semua.

Namun, belum sampai ke Palu, mobil kami terhalang oleh longsoran gunung sehingga perjalanan kembali ke posko kembali terhambat, selang 45 menit, seluruh kendaraan yang terhalang sudah dapat kembali ke posko. 

Uluran bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dibutuhkan untuk Sulteng bangkit dan mandiri kembali.

Melaporkan dari Desa Sindosa, Kec. Sindue Tobata Sulteng. Relawan Bangka Belitung tim Satgas Pramuka Peduli Kwarda Babel (Kak Riswan, Kak Suandra, Kak Indra, dan Kak Wan Fahreza Shaka Bhayangkara) beserta tim Voulenteer Babel (MC Babel/Willy/Jo/Hery/Rio/Hs/Eyv)