Paskah Sinode GPM Dalam Nuansa Orang Basudara

:


Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Minggu, 8 April 2018 | 14:37 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Ambon, InfoPublik - Kota Masohi kembali lagi diramaikan dengan nuansa orang bersaudara 'salam sarane' (Islam Kristen) yang digagas melalui Paskah Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), berlangsung di Klasis GPM Masohi, mendapat dukungan Penuh oleh Pemkab Maluku Tengah yang berpusat di Masohi.

Memperingati Paskah Kristus Tingkat Sinode GPM tahun 2018 memperkuat unsur rasa persaudaraan dalam bingkai "Orang Basudara", Panitia Hari Besar Gerejawi Tingkat Sinode GPM  diketuai oleh Drs.R.Manuhutu yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Dewan (Sekwan) Provinsi Maluku, Panitia Hari Besar Gerejawi Pusat bekerjasama dengan Majelis Pekerja Klasis GPM Masohi dan panitia lokal telah melaksanakan beberapa kegiatan.

Anatar lain sunatan massal bagi basudara salam (Islam) dalam koordinasi yang baik dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Masohi yang dilaksanakan pada 22 Maret 2018, di kantor Kelurahan Lesane.

Pengobatan massal kepada warga masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2018 bertempat di Puskesmas Sahulau. Lomba taman paskah dalam lingkup Jemaat se Klasis GPM Masohi.

Pencanangan Salam Sarane Kalesang Negeri yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2018 bertempat di gedung Gereja Zebaoth dan eks Gedung serbaguna Nunusaku.

Paskah Sinode GPM berlangsung Kamis (5/4), dikemas dalam nuansa hidup orang basudara. Hal tersebut serupa dengan salah satu Eklesiologi yang diusung oleh GPM yaitu 'Gereja Orang Basudara' menegaskan bahwa simpul kehidupan orang saudara di Maluku telah berlangsung lama oleh para leluhur.

GPM sejalan dengan apa yang diberitakan Alkitab bahwa persaudaraan itu sejati maka perbedaan merupakan anugerah yang terus dirawat untuk saling menghidupkan.

Paskah Sinode GPM dihadiri oleh Majelis Pekerja Harian Sinode GPM dan seluruh staf, hadir pula para pimpinan menengan Klasis seperti ; Klasis Kota Ambon, Klasis Pulau Ambon, Klasis Pulau Ambon Timur, Klasis Lease, Klasis Kairatu, Klasis Seram Utara, Klasis Seram Utara Barat, Klasis Taniwel, Klasis Telutih dan Klasis Kei Besar.

Hadir Juga Seluruh Pendeta, Majelis Jemaat, dan warga Jemaat yang berada di wilayah pelayanan Klasis GPM Masohi hingga memenuhi sebagian besar lapangan yang digunakan untuk perayaan Paskah.

Dari unsur pemerintah hadir Plt Asisten I Setda Maluku Henny Far-Far, SH, Anggota DPRD Provinsi Maluku, Wakil Bupati Maluku Tengah, Anggota DPRD Maluku Tengah dan yang berkenan hadir bapak ibu pimpinan SKPD lingkup pemerintah Maluku Tengah.

Paskah merupakan suatu peristiwa historis, peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah manusia, karena Yesus yang bangkit menampakkan diri dan bertemu dengan beberapa saksi (Maria Magdalena, 2 orang yang berjalan ke luar kota, dan 11 murid), banding Markus 16:9-15. 

Dengan peristiwa Paskah, gereja terus diyakinkan bahwa Yesus yang bangkit selalu menyertai dan menuntun gereja utuk melaksanakan misi Allah bagi dunia ini, Bunyi Khotbah Pdt.Dr.Sonny Hetharia sambil mengenakan baju pendeta yang begitu gagah.

Paskah atau Kebangkitan Yesus, menegaskan keberpihakan Allah kepada orang-orang yang rela berkorban demi melakukan kebenaran dan keadilan dalam hidup ini. Paskah membebaskan para murid dari cara berpikir yang salah tetang Yesus, lanjut Hetharia dalam Khotbahnya.

Paskah harus mengubah cara pandang dan perilaku bergereja dan beragama yang sempit, eksklusif dan primordial, yang menimbulkan saling tidak percaya dan saling curiga, bahkan permusuhan .

Paskah harus memaknai cara beragama dan cara bergereja untuk lebih terbuka, inklusif dan saling menerima siapapun yang berbeda, menjadikan gereja-gereja maupun agama-agama untuk melihat siapapun yang berbeda sebagai sesama saudara. 

Sebagai mana filosofis orang Maluku yang sejak lama hidup sebagai orang basudara, yang kini terus digaungkan oleh GPM sebagai Gereja Rrang Basudara, tambah Hetharia dengan tegas dan lantang menutupi Khotbahnya.

GPM adalah kontek gereja kepulauan yang selalu merawat dan menjaga tatanan atau nilai adat dan kearifan lokal masyarakat di Maluku dan Maluku Utara. Hidup bersama sekalipun berbeda iman (agama) telah berlangsung lama di Maluku dan Maluku Utara, hingga kini terus dirawat untuk selalu hidup melanggengkan sekaligus merekatkan kehidupan bersama.

Kebangkitan atau Paskah  sesungguhnya merupakan kemenangan Kasih Allah kepada manusia dan Kasih itu harus diteruskan kepada orang lain dan alam semesta itulah makna paskah sesuai dengan tema Paskah GPM yaitu 'Kebangkitan Kristus Membebaskan Untuk Menghidupkan', tutur Ketusa MPH Sinode GPM Pdt.Drs.A.J.S.Werinussa,.M.Si.

Werinussa yang senang mengenakan kemeja putih juga mengatakan, kita tidak akan pernah tahu sampai kapan kita dapat berbuat baik namun yang kita tahu setiap waktu adalah kesempatan untuk berbuat baik.

Paskah kali ini sungguh memberikan kesan tentang Nuansa 'Orang Basudara', karena untuk pertama kalinya peserta Paskah Sinode GPM disambut dan dijamu sungguh bersaudara oleh saudara salam (Islam), semua peserta (Para pendeta serta pegawai organik GPM yang bukan Pendeta) tinggal di rumah orang salam (muslim).

Sesungguhnya ini merupakan pesan dan nilai dari paskah yang dirayakan, nilai dari Kasih manusia kepada manusia yang lain sekalipun berbeda tetapi tetap merajut kasih.

Sekalipun para peserta hanya menginap sehari tetapi nilai sehari telah mengeratkan tali kasih, merajut tali darah sekaligus mempertegas makna kehidupan persaudaraan seakan tanpa sekat, peristiwa tersebut mengajarkan kita bahwa perbedaan adalah anugerah.

Ketua Panitia Lokal M.B.Kalauw juga turut mersakan ada kesan yang kuat yang diperoleh dengan hidup bersama para pendeta yang menginap di rumahnya, Kalauw bahkan mengatakan jika dibolehkan lain kali jika ada agenda yang sama tolong waktunya diagendakan lebih dari sehari.

Karena sehari rasanya begitu cepat. Ungkapan Kalauw merepresentasikan para tuan rumah dari basudara salam (islam) juga merasakan hal yang sama.

Kalauw mengakui jika peristiwa tersebut baru pernah terjadi di Kota Masohi dimana basudara sarane dalam jumlah yang besar hadir dan tinggal bersama basudara salam (islam) dan baginya ini merupakan identitas ke Malukuan sesungguhnya.

Peristiwa Paskah adalah peristiwa pembebasan melalui Kasih, dan kasih yang selalu berlanjut kepada sesamanya dan alam ciptaan Tuhan, Paskah Sinode GPM merupakan model kehidupan orang basudara yang selalu digaungkan oleh GPM sebagai salah satu contoh kehidupan bersama yang tersus berlangsung dan berlanjut, narasi damai yang berlangsung adalah bentuk Identitas sebagai orang Maluku dan Maluku Utara yang tetap terjaga dan terawat dalam bingkai Indonesia. (GPM/toeb)