September 2017 Jatim Inflasi 0,19 Persen

:


Oleh MC Provinsi Jawa Timur, Selasa, 3 Oktober 2017 | 10:13 WIB - Redaktur: Tobari - 157


Surabaya, InfoPublik - September 2017 Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,19% atau lebih tinggi dari inflasi nasional periode yang sama hanya 0,13%. Dari 8 kota yang menghitung inflasi, tujuh kota mengalami inflasi dan hanya satu kota yang mengalami deflasi.

Kepala Bidang Distribusi Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Satrio W, saat jumpa pers di kantornya, Surabaya, Senin (2/10), mengatakan, inflasi tertinggi terjadi di Kediri yaitu mencapai 0,31% dan yang terendah Sumenep 0,03%. Sedangkan Banyuwangi mengalami deflasi sebesar 0,02%.

Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah Kelompok Sandang yang mencapai 0,77%, sedangkan kelompok terendah ialah Kelompok Bahan Makanan yang mengalami deflasi sebesar 0,56%.

Laju inflasi tahun kalender Jawa Timur di bulan September 2017 mencapai 3,06%, lebih tinggi dibanding tahun kalender September 2016 yang hanya sebesar 1,96%. Laju inflasi tahun ke tahun (y-o-y) Jawa Timur di bulan September 2017 mencapai 3,84%, juga lebih tinggi dibanding September 2016 yang hanya sebesar 2,69%.

Komponen inti pada September 2017 mengalami inflasi 0,43%, sedangkan inflasi komponen inti selama Januari - September 2017 (inflasi kalender) mencapai 2,89% dan September 2017 terhadap September 2016 (y-o-y) sebesar 3,39%.

Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah kelompok sandang yang mencapai 0,77%, kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,53%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,44%.

Kemudian kelompok kesehatan sebesar 0,29%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan jembakau sebesar 0,26%, dan kelompok Transport, Komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,08%.

Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,56%. Tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi di bulan September 2017 ialah naiknya harga beras, biaya kontrak rumah, dan emas perhiasan.  

Berkurangnya produksi beras di beberapa daerah serta adanya penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras oleh pemerintah pada tanggal 1 September 2017 membuat harga beras menjadi naik.

Sementara naiknya harga emas dunia serta pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar juga membuat harga emas perhiasan naik dibandingkan bulan sebelumnya.

Selain komoditas-komoditas pendorong laju inflasi di atas, beberapa komoditas menjadi penghambat terjadinya inflasi di bulan September 2017 ini. Tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi ialah turunnya harga bawang putih, bawang merah, dan cabai rawit.

Adanya panen serentak di bulan September membuat pasokan bawang merah dan bawang putih melimpah di pasaran yang mengakibatkan harga di pasar menjadi turun.

Sedangkan kondisi cuaca di bulan September yang masih kemarau dan belum turun hujan di beberapa daerah juga membuat stok cabe rawit melimpah serta diikuti dengan kualitas yang baik. Hal ini membuat harganya juga semakin turun di pasar.

Selama bulan September 2017, seluruh ibukota provinsi di Pulau Jawa mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Semarang sebesar 0,34%, diikuti Surabaya sebesar 0,26%, Yogyakarta sebesar 0,13%, Bandung sebesar 0,11%, DKI Jakarta sebesar 0,05%, dan Serang sebesar 0,04%.

Inflasi tahun Kalender September 2017 di ibukota provinsi pulau Jawa menunjukkan Kota Serang mengalami inflasi tertinggi yaitu mencapai 4,27%, kemudian disusul Kota Surabaya 3,24%, DKI Jakarta 2,91%, Yogyakarta 2,90%, Semarang 2,79%, dan yang terendah Bandung yaitu sebesar 2,34%. (MC Diskominfo Prov Jatim/non-ryo/toeb)