:
Oleh MC Gereja Protestan Maluku, Jumat, 1 September 2017 | 13:37 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K
Maluku, Infopublik - Umat muslim diseluruh dunia merayakan Idul Adha pada hari Jumat, 1 September 2017. Idul Adha juga identik dengan sebutan hari raya kurban, dimana umat muslim disunnahkan melakukan penyembelihan hewan kurban.
Ibadah ini sebagai wujud manifestasi Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan mengurbankan anaknya Ismail AS.
Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam kehidupan bersama memaknai setiap momen perayaan hari-hari besar keagamaan di dunia, dan Maluku pada khususnya dengan cara berpartisipasi aktif dalam setiap hari-hari besar.
GPM melihat tindakan meyumbangkan hewan bukan hanya sebuah rutinitas kegiatan sosial semata, namun lebih dari itu adalah penghayatan terhadap nilai-nilai ritual yang mendalam, maka GPM dalam gagasan “gereja orang basudara” mewujudkan kebersamaan hidup berdampingan sebagai orang basudara salam sarane (Islam - Kristen) dengan meyerahkan hewan kurban berupa dua ekor sapi kepada basudara muslim di Desa Talake dan Waringin.
Menurut panitia penyembelihan hewan kurban Devi Bin Umar, konsep hidup bersama telah berlangsung sejak lama, “Ada hubungan kerja sama antara desa tetangga rehoboth dan talake khususnya bagian depan pada saat penyerahan hewan kurban merupakan kepedulian bagi umat Islam warga talake”.
Sebagai panitia penyembelihan hewan kurban al istiqama talake, kami mengucapkan terimakasih kepada jemaat GPM Rehoboth yang telah memberikan kami hewan kurban berupa seekor sapi, kata Devi Bin Umar.
Dengan semangat hari raya Idul Adha 1438 Hijriah, kita bangun hubungan persaudaraan yang kokoh antara jemaat GPM Rehoboth dengan masyarakat Waringin dan Talake dalam bingkai Orang Basudara, “Semoga tema tersebut dapat membuat kami hidup dalam damai seterusnya,” ungkap Devi Bin Umar.
Hewan kurban diserahkan Kamis (31/8) oleh Pdt AJS Werinussa selaku Ketua MPH Sinode GPM yang didampingi oleh Majelis Jemaat GPM Rehoboth dan diterima langsung oleh Devi Bin Umar sebagai panitia penyembelihan hewan kurban bersama beberapa orang panitia dan pengurus masjid turut menyaksikan secara langsung.
Menurut Pdt AJS Werinussa, pemberian hewan kurban ini merupakan wujud GPM merawat kemajemukan secara konkret. GPM dalam gagasan gereja pengembalaan, kata dia, telah memainkan fungsinya bukan hanya bagi saudara seiman tetapi yang tidak seiman diperlakukan penuh kasih termaksud ekologi, kita semua setara.
“Perbedaan atau kemajemukan merupakan kasih tanpa batas, GPM bersaksi melalui tindakan yang akan berlangsung terus menerus sebagai tanda atau simpul orang basudara antara jemaat rehoboth dan talake.”
Werinussa pun mengaku gembira dapat hadir di tengah situasi toleransi yang diapit beberapa anak-anak kecil, “Ini merupakan wujud gembala yang selalu hadir bagi orang-orang kecil, mendengarkan keluhan mereka dan menjadikan kehidupan mereka menjadi berarti.”
Gereja orang basudara (bersaudara) sebetulnya merupakan hasil refleksi pengalaman bergereja di Maluku, terutama Gereja Protestan Maluku (GPM), dalam bersentuhan dengan umat beragama lain.
Setelah pengalaman konflik, tambahnya, kami merasa bahwa kami harus mengangkat ke permukaan nilai-nilai persaudaraan yang selama ini terkemas dalam adat dan budaya kita sebagai orang Maluku, misalnya ada pela gandong.
Pengakuan Gereja Orang Basudara digagas karena GPM secara teologi dan eklesiologi mengakui kemajemukan sebagai karunia Tuhan, dan itu merupakan bentuk serta cara Tuhan bagi kehidupan untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kebinasaan dalam bentuk kemajemukan agama, budaya, adat-istiadat dan sebagainya.
Sebagai hidup orang basudara maka esensi dari kurban adalah memberikan sedekah atau bersedekah secara tulus, suka menolong serta menghindari ketamakan. Karena materi adalah pemberian Allah yang wajib disyukuri. Materi merupakan ujian bagi kita, materi yang telah diberikan Allah didalamnya juga ada kehidupan orang lain yang membutuhkan.