:
Oleh MC Gereja Protestan Maluku, Rabu, 26 Juli 2017 | 05:48 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 721
Maluku, Infopublik - Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dibawah Sekretaris Eksekutif Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan menggelar kegiatan training dengan tema “Training Penggerak Perdamaian dan Keragaman Berbasis Komunitas PGI-GPM”.
Training ini diagendakan berlangsung selama empat hari sejak 25 Juli 2017 di Gereja Protestan Maluku (GPM) Rehoboth, Klasis Pulau Ambon.
Kegiatan ini dihadiri 30 orang muda untuk bersama-sama menjadi aktor penggerak perdamaian dan keragaman. Mereka hadir dari komunitas muslim dan AMGPM. Hadir juga perwakilan dari Klasis seram barat piru.
Dalam sambutannya Ketua Majelis Jemaat GPM Rehoboth, Pdt N Soukotta mengaku berterimakasih kepada PGI dan MPH Sinode GPM, yang sudah mempercayakan sebagai tuan rumah pelaksana.
“Kami merasa ini adalah anugerah untuk dapat berpartisipasi bersama PGI, maka kami menerima kegiatan ini dengan penuh sukacita. Jika nanti saudara-saudari tinggal di rumah warga jemaat rehoboth maka jadikanlah rumah mereka seperti kata pepatah rumahku adalah rumahmu juga,” ungkap Soukotta diakhir sambutannya.
Panitia yang dibentuk Jemaat GPM Rehoboth menyambut kehadiran para peserta dengan begitu meriah dan menfasilitasi semua aktifitas yang akan berlangsung beberapa hari kedepan.
Saat acara pembukaan berlangsung, Sekretaris Eksekutif Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan, Pdt Penrad Siagian menegaskan bahwa Ambon juga ingin menjadi tempat pelatihan.
Sejarah Ambon yang telah mengalami dinamika langsung, kami mau belajar tentang bagaimana masyarakat dengan gereja juga pemerintah saat mengelolah konflik yang dulu berkecamuk.
“Ambon menjadi kota yang selesai ketika melakukan rekonsiliasi, ini alasan kami memilih Ambon. Kami mau belajar dari salah satu eklesiologi GPM sebagai Gereja Orang Basudara, bagaimana GPM mengelolah perdamaian yang beragam dan bagaimana belajar dari kekuatan kultural gereja dan pemerintah? Beberapa hari kedepan kami akan berlatih di Ambon, ini wujud kontribusi gereja dalam merawat keberagaman ke-Indonesiaan,” kata Siagian.
Saat perbedaan dirangkul menurut Pdt AJS Werinussa, tidak ada lagi sekat-sekat pemisah. Kita semua melebur dalam perbedaan dengan demikian Cinta Kasis Yesus berlangsung diantara alam semesta.
“Simpul eklesiologi yang dihidupkan oleh GPM yaitu Gereja Orang Basudara sebagai bentuk perekat perbedaan-perbedaan. GPM adalah Gereja yang tidak menuntut kelompok lain untuk memahaminya, tetapi gerejalah yang seharusnya berubah dan berbenah memahami mereka,” tandas Werinussa.
Salah satu eklesiologi GPM tersebut pantas disuarakan pada ruang publik. Karena cikal bakal perdamaian terus dinyatakan melalui training penggerak perdamaian dan keragaman berbasis komunitas PGI-GPM. Ini merupakan cara menghidupkan benih yang telah dinyatakan, ucapnya.