Sosialisasi Dan Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana Dan Perubahan Iklim

:


Oleh MC Gereja Protestan Maluku, Sabtu, 29 April 2017 | 18:35 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Ambon, InfoPublik - Trend bencana Indonesia terus meningkat dari tahun 2012-2016, baik intensitas, sebaran, maupun magnitude, seperti yang terjadi di Jawa Barat, Padang (Sumatera Barat), Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan berbagai daerah lainnya.

Disamping itu, BNPB menyebutkan indeks kerentanan bencana periode 2013-2018 menempatkan Maluku dalam skor 187 atau masuk dalam kelas resiko tinggi nomor dua setelah Provinsi Sulawesi Barat.

Sejalan dengan maksud tersebut, Gereja Protestan Maluku melalui departemen pengembangan Oikumene Semesta Biro Lingkungan Hidup dan Bencana Alam, bersama gerakan penanggulangan bencana GPM, sesuai hasil keputusan Persidangan MPL Sinode GPM Ke 38 di Klasis Buru Utara, Jemaat Wainibe, menggelar sosialisasi.

Departemen Pengembangan Oikumene Semesta Biro Lingkungan Hidup dan Bencana Alam menggelar sosialisasi dan pelatihan pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.

Kegiatan sosialisasi serta pelatihan direncanakan berlangsung selama dua hari, yaitu tanggal 28-29 April 2017 di jemaat GPM Imanuel OSm Klasis Pulau Ambon.

Adapun materinya antara lain meliputi  pembahasan SOP Gerakan Penanggulangan Bencana GPM - (Sinode GPM) , oleh Ketua GPB Pdt.M.Takaria,.M.Si (Ketua Umum PB AMGPM).

Kebijakan dan Karakteristik Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim, oleh BPBD Provinsi Maluku, konsep dasar Perubahan Iklim (Penyebab, Proses, Dampak dan Upaya Menyikapi) oleh APIK, Prospek Cuaca dan Iklim Untuk Maluku Saat Ini dan Akan Datang oleh BMKG.

Kemudian, Kesiapan Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim, Kaji Cepat Penanggulangan Bencana oleh Oleh Sandra Lakembe, Pendekatan PRB dan Perubahan Iklim Berbasis Komunitas oleh Herry Latuheru, Perlindungan Penyangga Alai Untuk Meningkatkan Fungsi Perlindungan Ekosistem oleh Sub Komisi Lingkungan Hidup Sinode GPM, dan Simulasi (Teknik dan Evakuasi Korban Bencana) oleh PMI.

Sebelum berlangsungnya sosialisasi dan pelatihan, peserta semua dicerahkan dengan khotbah berdasarkan bacaan Alkitab Kejadian 41:25-40.

Mengawali khotbahnya Pdt.Ny.Nori.Titing,.M.Th mengatakan Oikos atau rumah bersama kita yakni bumi ini, Indonesia Negara kita ada Maluku dan Maluku Utara tempat kita berpijak menjadi sarana terselenggaranya berbagai bencana, yaitu bencana alam dan bencana sosial.

Bencana justru telah menjadi sahabat, peristiwa bencana atau apapun bentuknya adalah fakta yang tidak bisa dihindari dan tidak boleh diabaikan oleh manusia. Alkitab juga memberitakan tentang bencana, misalnya kisah Nuh dan Air Bah.

Titing juga menguraikan bahwa bencana tidak mungkin kita hindari, Teknologi yang diciptakan manusia tidak bisa menghalau bencana.

Relasi iman dengan alam, kita belum menyadari beberapa hal seperti, Jika Tuhan memperkenankan terjadi maka akan terjadi, Ketika bencana terjadi maka manusia adalah aktor utama di balik bencana tersebut dipahami dalam Eksploitasi berlebihan oleh manusia.

Kemudian, Dalam berbagai bencana Tuhan menyatakan kuasa dan kemuliaan, serta Kita perlu siuman, Tuhan berkenan menolong untuk menanggulangi.

Dua hari yang lalu secara nasional diperingati kesiapsiagaan bencana nasional tahun 2017. Kegiatan Tingkat Nasional digelar dengan Tema Membangun Kesadaran Kewaspadaan Dan Kesiapan Dalam Menghadapi Bencana - Siap Untuk Selamat, ungkap Pdt.Drs.H.Hetharie,.SE (Sekdep) mengawali pembicaraan

Tujuannya meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat serta kesiapsiagaan pemangku kepentingan dalam menghadapi resiko bencana.

Penataan dan pelestarian lingkungan dan gerekan penanggulangan bencana adalah salah satu isu dalam 13 isu yang termuat dalam PIP RIPP GPM yang harus dilakukan sepanjang lima tahun ke depan. Biro Lingkungan hidup mendapatkan mandat untuk melakukan tugas ini sesuai tata gereja, kata Hetharie.

Ketua Sinode GPM Pdt.Drs.A.J.S.Werinussa,.M.Si mengawali sambutannya, dengan mengatakan aktifitas pelayanan kita dulu  tidak terlalu menghitung hal-hal mengenai penanggulangan bencana dan lingkungan hidup. Kita lebih banyak berorientasi pada pembinaan spiritualitas yang dalam konsep lebih banyak menggunakan pendekatan bembinaan secara verbal.

GPM mengalami perubahan paradigma Pemberitaan Injil (PI) untuk pengembangan spiritual, spiritualitas adalah sesuatu yang berbuah karena bekerja. Konsep PI kita adalah pembangunan kesejahteraan, orang percaya Kristus harus sejahtera lahir dan batin, Sejahtera karena tinggal di lingkungan yang bersih, Sejahtera juga karena tanggap terhadap ancaman bencana.

Satu bumi di dalamnya ada lempeng-lempeng yang bergerak dimana satu waktu akan terjadi bencana, kita tidak tahu kapan datangnya. Satu bumi yang kalau tidak dijaga maka akan terjadi longsor, satu bumi yang jika tidak dijaga kelestarian lingkungan akan berimplikasi pada perubahan iklim.

Bumi adalah tempat terbaik yang Tuhan sediakan, supaya kita memiliki tanggung jawab. Kita berada di bumi yang rapuh maka disitulah ada tanggung jawab spiritualitas, karena bumi adalah baik ada kehidupan maka Yesus rela datang.

Bumi adalah surga, sehingga ada tanggung jawab yang merespons karya penyelamatan. Oikos yang rapuh harus dirawat dengan penghijauan hutan, menanam pohon sehingga konstruksi tanah yang rapuh tetap terawat. Oikos yang rapuh harus disiapkan oleh manusia yang bisa berinisiatif dan melakukan antisipasi, kata Werinussa.

Ia juga menegaskan pelatihan ini harus menghasilkan semua jemaat GPM memiliki tim penanggulangan bencana.

Tugasnya adalah memberikan Informasi dan mensosialisasikan temuan terbaru sesuai diteksi teknologi dan kesiapan lainnya yang ditemukan masyarakat untuk menghasilkan antisipasi yang ditemukan masyarakat. kita buat jalur evakuasi, memberikan informasi kepada anak-anak.

Tim bekerja saat terjadi bencana alam, orang luka kita evakuasi, membuat perawatan darurat sementara, mencari air bersih obat yang menurut lingkungan tersebut tersedia, serta mengembangkan kebiasaan menanam, menanam apa saja dimana ada lahan.

Tahun ini membuat tim di semua jemaat di bawah kendali Majelis Jemaat dan AMGPM, tahun berikut melatih tim yang suda dibuat untuk mengantisipasi bencana alam.

Sebaran undangan diberikan kepada 32 Klasis tetapi yang menghadiri kegiatan tersebut berjumlah 14 Klasis yang tersebar pada medan gumulan GPM di Maluku dan Maluku utara yaitu Klasis Seram Utara, Klasis Seram Barat, Klasis Kota Ambon, Klasis Telutih, Klasis Kairatu, Klasis Lease, Klasis Buru Selatan.

Kemudian, Klasis Ambon Timur, Klasis Kei Besar, Klasis Pulau Ambon, Klasis Seram Barat, Klasis Banda, Klasis Tanimbar Utara,dan Klasis Aru Selatan. (Gereja Protestan Maluku/toeb)