:
Oleh MC Provinsi Maluku, Jumat, 7 April 2017 | 17:00 WIB - Redaktur: Tobari - 373
Ambon, InfoPublik - Otoritas Jasa Keuangan mencatat penyaluran kredit di Kota Ambon menduduki peringkat pertama terbesar di Maluku, yaitu mencapai Rp5,47 triliun, disusul Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual Rp1,58 triliun dan Kabupaten Maluku Tengah Rp1,27 triliun.
Sedangkan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Kabupaten Seram Bagian Timur mencapai 33,24%, Kabupaten Buru Selatan 17,52%, dan Kabupaten Maluku Tenggara 13,65%.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Maluku Bambang Hermanto, di Ambon, Kamis (6/4), mengatakan Kota Ambon memiliki peningkatan secara nominal terbesar, namun pertumbuhan kreditnya masih di bawah rata-rata wilayah provinsi Maluku yakni 7,57% bersama dengan Kabupaten Buru yang memiliki pertumbuhan kredit 6,02%.
"Menurut jenis bank, kredit BPR tercatat mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum. Posisi Januari 2017, kredit BPR tumbuh 15,32% yoy sedangkan kredit Bank Umum tumbuh 8,83% yoy," katanya.
Begitu pula dengan kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL, BPR memiliki kredit bermasalah relatif lebih rendah yakni 0,25%, sementara bank umum sebesar 1,70%.
Bambang menjelaskan perkembangan pembiayaan perbankan syariah posisi Desember 2016 juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 13,23% atau meningkat dari Rp96,50 miliar menjadi Rp109,27 miliar dengan rasio NPF masih di bawah target indikatif nasional sebesar lima persen yakni sebesar 4,96%.
"Saat ini di Maluku tercatat ada dua bank syariah yakni PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri, namun dalam bulan April 2017 akan beroperasi satu bank syariah lagi yakni PT Bank Syariah Panin Dubai di Batu Merah, Kota Ambon," katanya.
Untuk industri keuangan non Bank (IKNB) dan lembaga pembiayaan/multifinance juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 22,49% (yoy) dari pembiayaan sebesar Rp413 miliar menjadi Rp506 miliar. Sementara dana pensiun meningkat sebesar Rp4,90 miliar atau tumbuh 3,54% (yoy) menjadi Rp143 miliar.
Selain itu, di Maluku juga sudah berdiri Perusahaan Modal Ventura (PMV), namun masih mencatatkan jumlah pembiayaan yang relatif masih kecil yakni Rp2 miliar.
Sedangkan untuk sektor pasar modal, dengan kehadiran Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia di Ambon pada Desember 2016 telah memberikan dampak signifikan dalam penambahan jumlah rekening investor pasar modal.
Posisi Januari 2017 sudah tercatat total 955 rekening investor dengan jumlah transaksi Rp67,14 miliar yang terdiri dari 946 rekening individual, satu rekening milik corporate, satu rekening milik lembaga keuangan, satu rekening milik dana pensiun dan enam rekening pihak lainnya.
Dari tiga bentuk investasi di pasar modal, investasi yang paling banyak diminati yakni reksadana sebanyak 488 rekening, saham sebanyak 479 rekening, dan Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 154 rekening.
"Para investor sebagian besar berasal dari Kota Ambon dan ada dari sejumlah kabupaten, yakin Kabupaten Buru, Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah dan Maluku Tenggara, kendati dengan jumlah transaksi yang masih tergolong kecil," kata Bambang.
Selanjutnya ada kemudahan bertransaksi portofolio saham dan reksadana, apalagi dengan transaksi reksadana mikro cukup dengan uang Rp100.000 telah mendorong investor-investor lokal mulai tertarik menempatkan dananya di pasar modal.
"Perkembangan yang cukup positif dari ketiga sektor jasa keuangan tersebut diproyeksikan akan terus berlanjut dan diharapkan dapat menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi Maluku," katanya. (ant/LL/toeb)