:
Oleh MC Gereja Protestan Maluku, Senin, 27 Maret 2017 | 16:15 WIB - Redaktur: Tobari - 1K
Ambon, InfoPublik - Sidang ke-38 MPL Sinode GPM tahun 2016 di Klasis Buru Utara telah menempatkan berbagai keputusan untuk dijadikan dasar sekaligus arah dalam melaksanakan amanat pelayanan oleh seluruh perangkat pelayan di Jemaat, Klasis dan Sinode.
Salah satu keputusan penting yang ditetapkan dalam persidangan tersebut, yakni program penetapan pelayanan Sinode GPM 2017.
Kegiatan yang berlangsung di Jemaat Imanuel OSM Klasis Pulau Ambon sejak 16 – 17 Maret 2017 adalah “Workshop Pengembangan Modul Pembinaan Keluarga Kristen” merupakan langkah strategis karena berkaitan langsung dengan tugas pokok GPM, baik yang tertuang dalam ajaran gereja maupun PIP/RIPP GPM.
Digelarnya “Workshop Pengembangan Modul Pembinaan Keluarga Kristen” adalah wujud keseriusan GPM melihat Keluarga Kristen sebagai basis pembinaan. Realitas sosial tentang maraknya perceraian, kekerasan kepada anak atau istri yang pada keseluruhannya disebabkan karena ketidaknyamanan, rasa tidak percaya, krisis kasih sayang, dan lain sebagainya yang berujung konflik untuk saling melukai.
GPM terpanggil melalui Lembaga Pembinaan Jemaat (LPJ) guna membentuk suatu model Pelayanan Pembinaan Keluarga Kristen tepat guna untuk menjawab persoalan konteks pelayanan pada basis keluarga.
“Kami berharap paling tidak setelah kegiatan ini, ada tenaga terampil (trainer) pada tingkat klasis dan jemaat agar dapat memberikan pendampingan berkelanjutan,” kata Sekretaris LPJ GPM Pdt.S.Atihuta,.M.Th
Kegiatan tersebut melibatkan 16 Klasis pada pusat kabupaten kota dengan peserta perwakilan setiap klasis 2 orang, jadi total peserta yang hadir 75 orang.
Pdt.P.Refiali,.M.Th selaku Wakil Ketua MPH Sinode GPM, membuka secara resmi kegiatan “Workshop Pengembangan Pembinaan Modul keluarga Kristen”.
Refiali mengatakan dewasa ini banyak anak-anak menganggap rumah hanya sebagai tempat persinggahan mereka, yakni untuk makan atau bahkan hanya untuk tidur. Saat orang tua sibuk dengan pekerjaan, tidak saling menyapa antara kakak beradik atau antara orang tua dan anak, komunikasi menjadi sulit.
Refiali juga mengingatkan, kalau rumah adalah tempat berlindung, maka keluarga juga harus dibangun perlindungan yang sejati. Karena keluarga adalah tempat pertama bagi anak-anak menerima pendidikan akan model keteladanan yang dipraktekannya. Orang tua sebagai aktor utama memberikan keteladanan pola kehidupan kristiani yang menampakkan kasih Allah.
Workshop pengembangan modul keluarga Kristen menyajikan aneka materi serta para fasilitator yang berkompoten pada bidangnya, antara lain, pembinaan keluarga Kristen Menuju keluarga Kristen Sejahtera – oleh Pdt.S.J.Mailoa,.M.Th, keluarga dan Kesejahteraan Sosial – oleh Dra.T.A.E.Relmasira,M.A.C.E, keluarga dan kesetiaan – oleh Pdt.M.M.Apituley,.M.Th.
Keluarga kristen dan Cinta Kasih – oleh Rachel Iwamony – Tiwery,.Ph.D, Keluarga Kristen dan Kejujuran – Pdt.Dr.H.H.Hetharia, Keluarga Kristen Yang Takut Akan Tuhan – oleh Pdt.Johanes.Parihala,.M.Th.
Membangun Perspektif “Sadar Mutu” Pendidikan Provinsi Maluku – oleh Prof.Dr.Th.Pentury,.M.Si, Keluarga dan Kesehatan – oleh Drs.Rampisela,.M.Kes, Keterampilan Mendengar, Berempati, dan Berkomunikasi – oleh Pdt Dr.Pattinama-Kastanya.
Pembinaan terhadap warga GPM bukanlah tugas yang baru dilakukan oleh gereja ini. Pembinaan kepada umat sudah terbangun sejak GPM terbentuk, ungkap Direktur LPJ GPM Pdt.A.Iwamony,.M.Th
Sekalipun demikian tantangan bergereja makin hari makin kompleks. Tujuan dari penyelenggaraan workshop yaitu menggali berbagai pengalaman pembinaan dari 16 klasis, untuk memperkaya proses penyusunan modul.
Sehingga pengembangan wawasan dan keterampilan para pelayan khusus dalam melaksanakan tugas pendampingan bagi kehidupan keluarga yang ideal dapat terpenuhi. “Kami sedang menggarap sebuah model yang baru untuk menjawab tantangan kekinian umat,” kata Iwamony menambahkan.
Tugas kita sebagai jemaat tuan rumah adalah mensukseskan kegiatan tersebut, kita diberikan tanggung jawab dan memberikan kesan bukan soal fasilitas saja tapi peserta yang mengikuti harus bisa terlibat penuh dari awal sampai akhir, sebabnya kita mendesain ruang kegiatan TOT LPJ GPM sedemikian rupa agar target dapat tercapai.
Sehingga para peserta kegiatan dapat kembali kepada klasis dan jemaat masing-masing untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah didapatkan, kata Wajabula Ketua Majelis Jemaat Imanuel OSM.
Muatan materi serta para fasilitator yang berkompeten turut memberikan pencerahan guna meramu modul atau model Pembinaan Keluarga Kristen sesuai konteks terkini yang sungguh beranekaragam problematika, pada kehidupan konteks desa dan kota untuk dapat digunakan kelak bagi GPM secara holistik sebagai satu model standar yang komperhensif. (MC GPM/toeb)