:
Oleh MC Gereja Protestan Maluku, Sabtu, 26 November 2016 | 19:57 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 705
Ambon, InfoPublik – Media Sosial kini telah menjadi tren bagi kawula muda. Hal itu di antaranya adalah warga Gereja Protestan Maluku menjadi bagian dari kelompok anak muda atau generasi Digital Native. Sebagai bagian dari gereja, kita turut mendukung setiap perubahan untuk kemajuan Sumber Daya Manusia,
Salah satunya adalah Teknologi Informasi. Itu tak bisa dipungkiri bahwa sekarang adalah Era Digital, semua sendi-sendi aktivitas disusupi pengetahuan teknis berteknologi dan mereka Generasi Digital Native mengalaminya secara langsung, Sudahkah kita mempersiapkan mereka ?
Sebagai bagian dari Ggreja yakni para pelayan khusus, wadah organisasi juga para pengasuh, tugas kita salah satunya adalah mengenal kebutuhan atau identitas generasi muda saat ini (Generasi Digital Native) melayani dan mengarahkan mereka merupakan tugas kita bersama. Tugas ini bukan saja menjadi tugas pemerintah atau pendidikan formal. Arus kecepatan informasi dikonsumsi begitu cepat serta perubahan perilaku serta cara berpikir regenerasi harus diarahkan oleh generasi sebelumnya adalah generasi imigrant digital
Kasus di Facebook beberapa waktu lalu, menyangkut status Facebook salah seorang anak muda berusia 19 tahun di Kota Ambon yang sempat ditahan oleh aparat kepolisian, ia menulis di akun Facebooknya dengan kata-kata yang sarat sekali dengan penyebaran kebencian terhadap salah satu agama.
Dirinya bahkan menuliskannya dengan begitu vulgar. Status tersebut menyita banyak perhatian Netizen (Masyarakat Internet) dan mereka memberikan respon melalui komentar-komentar yang berisikan kebencian terhadap tindakannya, Hal ini telah terjadi, mari kita berbenah dan memberikan perhatian kepada anak-anak muda kita.
27 September 2016 merupakan Adventus pertama yang akan kita masuki, 23/11/16 Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM melakukan kunjungan Adventus – Natal bersama Klasis Pulau Ambon di Gedung Gereja Bethesda Air Salobar. Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh MPK Klasis Pulau Ambon, para Ketua Majelis jemaat, dan pendeta jemaat Se-Klasis Pulau Ambon. Dalam pertemuan tersebut MPH Sinode GPM menyampaikan hasil-hasil keputusan MPL Ke 38 di Buru Utara serta seruan-seruan menyongsong masa-masa adventus serta penantian Natal dan perayaannya.
Sekretaris Umum MPH Sinode GPM memberikan penjelasan tentang, Masalah Facebook yang dilakukan oleh salah seorang anak muda berusia 19 tahun di Kota Ambon, saya sudah menghubungi (melakukan komunikasi) dengan saudara muslim terkait masalah tersebut.
"Masalah ini menjadi catatan kita bersama untuk membina kesadaran penggunaan Media Sosial (Medsos) bagi generasi muda. Itulah sebabnya kesadaran penggunaan Medsos harus diserukan, mereka generasi muda terpengaruh dengan peran Sosial di Medsos yang terjadi secara Nasional ataupun secara Global. Sebagai Gereja kita bisa mengambil waktu dalam masa adventus untuk membina remaja kita agar mereka memiliki kesadaran dalam mengggunakan Medsos," ucap Maspaitella.
Apa itu Generasi Digital Native ? mari bersama mengenal Generasi ini;
Mereka adalah generasi digital native mereka cenderung terbuka, berbicara apa adanya (apa yang ingin dikatakan ya dia katakan), mereka menerima hal-hal baru. Jika mereka tertarik terhadap satu hal atau satu perubahan mereka akan mengatakan menyukainya begitupun sebaliknya. Generasi Digital Native tidak merasa bermasalah untuk “memperlihatkan” apa yang disebut oleh generasi digital imigrant sebagai privasi.
Berdasarkan privasi secara berlebihan apa maksudnya ? artinya generasi ini lebih suka memperlihatkan atau mempertontonkan kehidupan pribadi mereka melalui status Facebook, Twitter, Instagram, Path dan media sosial lainnya. Misalnya jika mereka sedang berada di Mall bersama teman-teman, sedih sekali karena tahun ini nilai menurun, atau lagi galau nih karena baru diputusin pacar. generasi Digital Native adalah Generasi yang menuntut kebebasan setinggi-tingginya mereka tidak suka untuk diatur atau di kekang.
Namun, generasi ini adalah generasi yang kreatif, aktif dan memiliki keliaran berpikir yang sulit sekali dikendalikan, kecepatan mereka seperti kecepatan internet, mereka suka perubahan sesuai dunia mereka dan mereka turut membuat perubahan-perubahan pada lingkungannya. Seperti membuat Video pendek, mendesain headline yang begitu kreatif, membuat musik-musik berbasis komputer (studionya di rumah dan perangkatnya adalah komputer).
Sebagai Gereja Protestan Maluku kita juga harus mengathui bahwa, generasi ini memilih dan memilah untuk membuka halaman website, jika mereka tidak suka, maka langsung menutupnya biasanya mereka mengutamakan tampilan yang interaktif terlebih dahulu. Dalam mengatur pertemanan di Sosial Media mereka juga sangat selektif untuk menerima bahkan menolak.
Namun,generasi ini jika mereka menyukai atau bahkan tertarik pada satu perubahan baru maka mereka akan bela-belain mendukung sepenuh hati bahkan sekuat-kuatnya, ya mereka fanatik. Namun perlu diketahui Gerakan-Gerakan sosial tentang perdamaian, ligkungan hidup dan sejenisnya menerima sukses juga karena Generasi ini.
Generasi Layar kaca memiliki selera belajar yang berbeda dengan Generasi Imigrant digital, mereka agak sulit membaca text book, mereka lebih tertarik memilih membaca yang ringan tapi bermutu atau menantang dan cenderung membangun hubungan khusus bersama “Google” serta mencari lembar-lembar pengetahuan pada mesin pencari.(MC. Gereja Protestan Maluku/Eyv)