:
Oleh Prov. Banten, Selasa, 22 November 2016 | 18:59 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K
Tangerang Selatan - Festival Lenong Betawi yang digelar oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kota Tangerang Selatan bersama Lembaga Budaya Betawi (LBB) Kota Tangsel telah menjadi agenda rutin dari acara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-8 Kota Tangerang Selatan.
Setidaknya, dalam dua tahun berturut-turut perayaan HUT kota ini, festival yang memerebutkan piala bergilir Walikota Tangerang Selatan tersebut telah dilaksanakan. Festival ini dilaksanakan di lapangan kelurahan Jurang Mangu Timur, kecamatan Pondok Aren, pada 18 - 20 November 2016. Kegiatan ni diikuti oleh 14 grup lenong dari 7 kecamatan di wilayah Tangsel.
Tidak hanya lenong, acara rutin dalam rangka memeriahkan HUT Kota Tangsel ini juga dibanjiri dengan berbagai aneka makanan dan minuman khas Betawi seperti kerak telor, bir pletok dan kuliner khas Betawi lainnya.
“Saya berhadap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan, baik itu isi acaranya maupun kualitasnya, dengan demikian festival lenong ini menjadi ajang tahunan yang selalu dinanti-nanti masyarakat jelang peringatan HUT kota Tangsel,” kata Plt. Camat Pondok Aren Makum Sagita, baru-baru ini.
Makum juga berharap, semoga melalui kegiatan ini budaya Betawi di Tangsel dapat dilestarikan dengan baik, jangan sampai tergerus oleh budaya asing yang cenderung hedonis.
“Dalam setiap pentas lenong umumnya mengandung pesan moral, menolong yang lemah, membenci perbuatan tercela, seperti tamak dan lainnya,” kata Makum.
Sementara, di tempat yang sama Kepala Kantor Budpar Kota Tangerang Selatan, Yanuar mengatakan, pihaknya sangat apresiasi dengan festival lenong yang sudah dilaksanakan dalam dua tahun terakhir, sejak tahun 2015 lalu dan tahun ini.
"Karena itu, kami pemerintah kota berharap festival ini dapat terus dipertahankan dan menjadi bagian dari seni budaya Tangsel yang harus dilestarikan, sebab lenong tidak sema-mata adalah seni hiburan atau pertunjukan tradisional yang mengundang gelak tawa, tapi dalam setiap cerita lenong mengandung unsur pesan moral,” ungkapnya.
Menurutnya festival lenong ini dapat dijadikan ajang silahturahmi bagi masyarakat Tangsel, terutama pada perayaan HUT kota ini. “Nanti, dalam perayaan HUT Tangsel ke depan, diharapkan bukan hanya festival lenong saja, tetapi ada agenda budaya lain yang mencirikan perpaduan seni budaya masyarakat Tangsel seperti seni budaya Sunda, Jawa dan lainnya,” pungkas Yanuar.
Selain lenong, dalam kegiatan ini pun dilakukan lomba hias tumpeng. Ini salah satu lomba yang cukup diminati masyarakat. Menurut salah satu juri lomba tumpeng, Nurhayati, lomba hias tumpeng adalah lomba yang paling banyak diminanti. Lomba ini diikuti oleh 14 kelompok , tiap kelompok terdiri dari 5 orang yang mewakili seluruh kecamatan di Tangsel.
“Kami juri merasa bangga, karena ternyata antusias masyakat begitu besar terhadap kegiatan lomba hias tumpeng, kurang lebih ada 14 kelompok, ” ujarnya.
Ia juga mengatakan, terkait kriteria penilaian, pihaknya yang terdiri dari tiga orang juri tidak hanya menilai karya peserta dari sisi rasa saja, melainkan juga dari sisi keindahan, dan gizi.
Ketiga kriteria penilaian ini yang dijadikan acuan untuk menentukan kelompok mana yang berhak menyandang predikat juara lomba hias tumpeng dalam rangka HUT ke-8 Kota Tangerang Selatan.
Sementara, Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany yang hadir pada hari terakhir pelaksanaan Festival Lenong Betawi memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
"Dengan kegiatan ini, membuktikan bahwa budaya Betawi di Tangsel masih cukup diminati masyarakat. Mari terus lestarikan budaya-budaya yang ada di Tangsel ini dengan berbagai kegiatan positif, " paparnya.Kegiatan ini menurutnya juga sebagai ajang pengenalan pada generasi muda yang kini sudah mulai modern. (MC.Prov.Banten/Eyv)