:
Oleh MC Kabupaten Pacitan, Rabu, 15 Juni 2016 | 10:46 WIB - Redaktur: Tobari - 770
Pacitan, InfoPublik - Nilai ujian nasional (UN) jenjang SMP sederajat di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, tahun ini anjlok dibandingkan tahun lalu. Ada sejumlah penyebab penurunan nilai UN SMP tahun ini, di antaranya perubahan kisi-kisi yang disajikan Kemendikbud.
Berdasarkan catatan Dinas Pendidikan (dindik) setempat, capaian nilai ujian nasional (UN) total Kabupaten Pacitan pada tahun ini adalah 231,06 dengan nilai rata-rata 57,77. Sedangkan, capaian tahun lalu 235,65 dengan nilai rata-rata 58,02.
Ada sejumlah penyebab penurunan NUN SMP tahun ini, di antaranya perubahan kisi-kisi yang disajikan Kemendikbud. Kisi-kisi soal tahun ini lebih bersifat umum, terdiri dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Kurikulum 2013.
“Padahal setiap sekolah di Kabupaten Pacitan belum semuanya menerapkan Kurikulum 2013. Ada yang masih KTSP,’’ ujar Mahmud Kabid Pendidikan SMP/SM Dindik Pacitan, Selasa (14/6).
Merosotnya nilai UN tahun ini tertolong dengan naiknya peringkat nilai UN di tingkat provinsi. Tahun lalu, Pacitan menempati posisi ke-34 dengan nilai rata-rata 66,87. Sedangkan, tahun ini menempati peringkat ke-29 dengan nilai rata-rata 62,61. Selain itu, perolehan rata-rata empat mata pelajaran yang diujikan pada tahun ini hampir mencapai rata-rata Jawa Timur.
Hanya pada mata pelajaran matematika saja yang hasilnya masih di bawah standar yakni 52,60. Sedangkan, untuk mata pelajaran bahasa Indonesia 74,47, bahasa Inggris 62,01, dan IPA 61,34. ‘’Yang menjadi penyebab nilai matematika rendah, mungkin karena siswa merasa masih kesulitan mengaplikasikan rumus-rumus,’’ katanya.
Mahmud menambahkan, hasil UN tahun ini akan menjadi parameter bagi pihak sekolah saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) nanti.
Hanya saja, setiap sekolah memiliki tata cara tersendiri sebagai syarat penerimaan siswa baru. Beberapa sekolah ada yang menggunakan nilai Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) ini sebagai syarat PPDB.
‘’Tapi, ada juga sekolah yang menggunakan gabungan dari nilai rapot dan nilai SKHUN. Bahkan, ada juga yang digabungkan dengan prestasi bakat dan minat atau PMDK,’’ bebernya.
Terkait tingkat kelulusan, Mahmud menuturkan, semua siswa lulus 100 persen. Namun ada 11 siswa yang putus sekolah tahun ini. Alasannya, karena mereka lebih memilih langsung bekerja dibandingkan meneruskan pendidikan. Terutama bagi anak-anak yang tinggal di daerah pelosok.
‘’Ini yang menjadi pekerjaan rumah kami. Padahal, sekolah itu sudah tidak bayar. Alasan pokoknya lebih disebabkan karena motivasi dari keluarga,’’ tegasnya. (her/toeb)