Ronce Kembang Dari Pengambangan Banjarmasin

:


Oleh MC Kalsel, Selasa, 26 Januari 2016 | 12:27 WIB - Redaktur: Tobari - 6K


Banjarmasin, InfoPublik - Pengambangan adalah sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin. Kelurahan ini dikenal sebagai daerah penghasil ronce kembang karena banyak warganya yang berprofesi sebagai peronce kembang.

Arti pengambangan berasal dari kata "kambang atau kembang". Pengambangan maksudnya adalah orang yang pekerjaannya membuat rangkaian bunga yang dironce khusus untuk berbagai upacara adat, seperti untuk perkawinan, batamat Qur’an, maupun kematian.

Pekerjaan ini hingga sekarang banyak ditekuni oleh warga kelurahan Pengambangan. Salah satu dari sekian banyak pembuat rangkaian kembang itu adalah Sumiati, 56 tahun, warga Jalan Pengambangan Dalam RT 9 Banjarmasin. Kedua tangannya tampak cekatan meronce bunga-bunga yang terhampar di lantai, Senin (25/1).

Dalam waktu sekejap saja, Sumiati yang suaminya merupakan juriat Nenek Randa (nenek moyang pembuat rangkaian kembang) dari Pengambangan ini, hampir menyelesaiakan meronce rangkaian kembangnya.

“Meski saya bukan keturunan langsung dari Nenek Randa, tapi suami saya adalah keturunan orang Pengambangan sini. Saya menekuni pekerjaan meronce kembang ini sudah 30 tahun lamanya,” tutur Ibu sepuluh anak ini.

Menurut cerita warga setempat, seperti Nenek Randa adalah keturunan keluarga bangsawan Banjar yang kemudian diasingkan ke suatu tempat.

Karena Nenek Randa merasa kesepian dan tinggal di rumah yang banyak ditumbuhi aneka rupa jenis bunga, maka Nenek Randa pun merangkai bunga-bunga tersebut. Rangkaian bunga tersebut kemudian dijual Nenek Randa ke kerajaan dengan mengayuh jukung, dan ternyata banyak yang menyukai, kemudian membelinya.

Rumah bekas tempat tinggal Nenek Randa ini masih ada, yang di depannya ada pohon mangga dan bunga kertas (bougenvil), dan sudah berganti-ganti pemilik. Namun, bagaimana cerita selanjutnya, konon Nenek Randa (moksa/gaib) atau menghilang, tapi bukan meninggal.

“Yang tertinggal adalah kenangan sebagai pembuat kembang dan di kampung Pengambangan ini rata-rata bekerja sebagai peronce kembang dan masih ada hubungan kerabat,” tuturnya.

Masih kata Sumiati lagi, bunga-bunga yang digunakan untuk dironce ini ada 7 macam seperti mawar, melati, kembang sepatu, terompet, kenanga, kacapiring, kadang-kadang jika sedang musim bisa juga pudak dan culan.

“Karena bahan baku kembang ini jika tidak musim harganya cukup mahal, maka saya hanya mengambil upah kepada orang yang punya modal saja. Bunga melati sekarang harus membeli dari Bincau Kabupaten Martapura. Setiap 1 plastik, atau sekitar 10 cangkir, harganya mencapai Rp100.000,” jelasnya.

Dalam sehari, Sumiati dapat menyelesaikan 150 renteng kembang yang dironce. Sambil mengisi waktu dikerjakan dari pagi hingga sore hari. Bulan-bulan berkah pemesanan seperti kambang barenteng maupun payung kembang, biasanya pada bulan Maulud dan Muharram. (wln/maulida/toeb)