Walikota Batam Sambut Keturunan Sultan Pertama Singapura

:


Oleh MC Kota Batam, Rabu, 20 Januari 2016 | 10:00 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K


Batam, InfoPublik - Walikota Batam, Ahmad Dahlan menerima kunjungan Tengku Sri Indra, keturunan keenam Tengku Husain, adik Tengku Abdurahman Sultan Riau Lingga. Penyambutan warga Negara Singapura ini dilaksanakan di Bengkong, Selasa, (19/1).

Tengku Sri Indra menjelaskan bahwa kehadirannya ke Batam dalam rangka menjalin silaturahmi, mengikat persaudaraan. "Seperti kata pepatah, air dicincang tak akan putus. Ini berlaku pada hari ini. Bahwa kita tidak bisa diputuskan. Batam, Riau Lingga, Johor, Singapura adalah satu," kata Tengku Sri Indra.

Pada kesempatan tersebut, ia menjelaskan silsilah kemelayuan di Singapura. Pada tahun 1809, Tengku Husin mendapat mandat menjadi sultan di Singapura, melalui penandatanganan perjanjian dengan Rafless dari Inggris. Sementara Tengku Abdurahman tetap menjadi sultan di Kerajaan Riau Lingga yang berikutnya masuk ke wilayah Indonesia.

Dalam menjelaskan sejarah ini, Tengku Sri Indra membawa stempel atau cap kerajaan yang dipakai Sultan Husain ketika menandatangani perjanjian dengan Rafles. Selain itu ia juga menunjukkan silsilahnya yang tertera dalam buku Royal Families.

"Semua itu, ada sebab. Allah yang hendakkan begitu. Dengan perjumpaan ini kita akan mengeratkan lagi persahabatan kita. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, tidur sama nyenyak," ujarnya.

Walikota Batam, Ahmad Dahlan mengatakan, ada perbedaan antara perkembangan kerajaan melayu di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Kerajaan-kerajaan di Indonesia melebur jadi Negara Kesatuan Republik Indonesia ketika merdeka. Karena itu di Indonesia tidak ada lagi status kerajaan yang dilegalisir oleh pemerintah.

Hal senada terjadi di Singapura yang berubah menjadi republik. Status kerajaan pun tidak diakui dalam struktur pemerintahannya. Dengan demikian, dari segi kekuasaan dan daulatnya putus.

Beda halnya dengan Malaysia yang masih mewarisi kerajaan sehingga masing-masing kerajaan di Malaysia tetap jadi kerajaan dan negara bagian. Negara bagian inilah yang jadi persekutuan tanah melayu (monarchy of malaya). Sementara untuk pemerintahannya ditunjuk perdana menteri.

"Di Indonesia, waktu jaman orde baru, pemerintahannya sentralistik, sama sekali tidak diperhatikan budaya daerah. Kearifan lokal jadi tidak ada. Waktu ada otonomi daerah, baru bangkit, pasca reformasi. Di situlah ada peluan daerah untuk berkembang. Dibentuklah Lembaga Adat Melayu, paguyuban," paparnya.

Terkait kunjungan Tengku Sri Indra, Dahlan mengatakan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk saling mengenal lebih jauh. Sekaligus tukar menukar informasi mengenai apa yang bisa dilakukan ke depannya untuk kemajuan masing-masing daerah.

"Hal itu perlu diperkenalkan ke anak-anak bahwa ada kerajaan besar yang berpengaruh pada pendirian negara,"ujarnya. (MC.Kota Batam/Eyv)