Budidaya Kepiting Bakau di Lingga Utara Menjanjikan

:


Oleh MC Kabupaten Lingga, Senin, 18 Januari 2016 | 17:05 WIB - Redaktur: Tobari - 2K


Lingga, InfoPublik - Potensi usaha budidaya Kepiting Bakau (Ketam Bangkang) di wilayah Kecamatan Lingga Utara, kabupaten Lingga, dirasa sangat menjanjikan. Dengan harga pasar yang saat ini cukup tinggi, mencapai Rp120.000 per Kg, dapat menjadi mata pencaharian alternatif warga pesisir Lingga Utara.

Didukung kontur wilayah pantai Lingga Utara yang dipenuhi hutan bakau, dan merupakan habitat kepiting jenis tersebut, akan sangat cocok apabila dijadikan kawasan budidaya.

Selain itu, beberapa pola budidaya seperti tambak dan keramba dapat lebih mudah menghasilkan produk kepiting yang sesuai aturan kelayakan yang telah diatur permen kelautan dan perikanan RI.

Seperti yang diungkapkan Arik Bah, salah seorang warga Lingga Utara yang telah memulai budidaya kepting dengan membangun tambak berskala kecil, baru-baru ini. Menurutnya, menangkap kepiting di alam bebas dan digemukkan dalam tambak lebih menguntungkan.

"Kita baru juga mulainya. Biasanya kita di kampung hanya mengambil bangkang dari laut dan hutan bakau untuk langsung dijual ke Toke (pengepul). Sekarang kita mencoba buat tambak sekala rumah tangga dulu," ungap Arik Bah, beberapa waktu lalu.

Selain meningkatkan kuantitas pada kepiting, pola budidaya juga dapat menaikkan kelas kepiting tersebut, dimana kelasnya di pisah berdasarkan ukuran dan bobot per ekornya, dan setiap kelas memiliki tingkatan harga yang selisihnya cukup besar.

Arik mengatakan, pola usaha budidaya kepiting di wilayah Lingga Utara, seperti yang dia lakukannya tersebut bisa dijalankan. Hanya saja polanya sedikit berbeda dari pola pembangunan tambak seperti biasanya.

Untuk lokasi, dikatakannya, ia mulai dari menyekat sekeliling pelantar bawah rumahnya yang berada di atas air laut, dengan beberapa keping papan. Konsep yang ia buat bersekala rumah tangga, dimana banyak rumah tangga di Lingga Utara yang bisa melakukannya.

Sementara untuk benih, cukup banyak ditemukan di sungai-sungai Bakau di pesisir kabupaten Lingga. Proses penggemukannya juga tidak memakan waktu terlalu lama. Hanya dalam waktu 3 bulan, bangkang yang digemukkan siap untuk dijual dengan kelas dan kualitas yang telah baik sesuai dengan aturan Menteri Kelautan.

Dalam 3 bulan kita sudah bisa produksi. Harganya akan semakin tinggi saat hari pengiriman, yakni Kamis dan Minggu. Satu Kg bangkang, bisa naik menjadi Rp120.000. Kalau hari biasa, harganya Rp110.000.

“Sedangkan untuk benihnya, banyak terdapat di sungai-sunngai. Kadang kita sampai berhari-hari mencari anak-anak bangkang untuk digemukkan," tambahnya lagi.

Begitu juga dengan pakan kepiting yang sangat mudah didapat. Para pembudidaya kepiting tersebut, bisa bekerjasama dengan nelayan kelong penghasil bilis dan ikan rucah. Pakan kepiting, tidak begitu sulit, bisa dengan ikan rucah dari hasil tangkap nelayan kelong yang tak laku di pasar.

Menurut Arik, yang juga nelayan desa Duara Lingga Utara, kendala musim selalu menjadi persoalan nelayan, terutama saat musim utara yang memaksa nelayan tidak melaut.

Tambak ini, dikatakannya menjadi salah satu solusi mata pencaharian alternatif yang dapat memberikan pekerjaan baru kepada masyarakat. "Ini boleh jadi salah satu usaha mandiri. Kita mencoba dulu. Mudah-mudahan bisa jalan dan ada bantuan pemerintah untuk kami," katanya. (MC Lingga/toeb)