Ikan di KJA Maninjau Banyak Mati di Musim Yang Tak Menentu

:


Oleh MC Kab Agam, Rabu, 13 Januari 2016 | 10:33 WIB - Redaktur: Tobari - 342


Agam, InfoPublik - Musibah berupa matinya ikan dalam keramba jala apung (KJA) selalu terjadi pada musim hujan. Apalagi hujan bercampur panas terik, seperti sering terjadi akhir-akhir ini. 

Menurut Pemuka Masyarakat Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Weliardi, akhir-akhir ini kematian ikan KJA selalu menimpa petani ikan di Kecamatan Tanjung Raya. 

“Tingkat kematian memang tidak terlalu tinggi, namun cukup merugikan petani ikan, terutama pada KJA yang terisi padat dengan ikan, “ ujar Waliardi, yang juga mantan Wali Nagari Maninjau itu, Selasa (12/1). 

Dikatakan, pihak Pemkab Agam, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), telah mengingatkan kepada petani ikan KJA agar pada musim hujan mengurangi jumlah benih ikan yang ditebar pada KJA. Kalau biasanya 6.000 ekor, pada musim hujan, dan pada kondisi cuaca ekstrim, sebaran benih ikan cukup 3.000 ekor saja. 

Hal senada disampaikan pemuka lainnya, Y. St. Sarialam. Mantan Wali Nagari Tanjung Sani itu mengatakan, masih ada petani ikan KJA yang menebarkan benih ikan ke dalam KJA, seperti pada situasi normal. Mereka itulah yang sering mengalami kerugian pada keadaan cuaca ekstrim.

“Pemerintah telah mengingatkan, cuaca pada Oktober 2015 sampai Februari 2016, kurang bagus untuk pemeliharaan ikan sistem KJA. Karena pada rentang waktu demikian, hujan sering turun, “ ujar St. Sarialam. 

Kepala DKP Agam Ermanto, S.Pi, M.Si, mengingatkan agar petani mengurangi sebaran benih ikan ke dalam KJA pada saat cuaca ekstrim, seperti pada musim hujan disertai badai.

Karena pada musim hujan disertai badai, endapan racun di dasar danau akan mengapung ke permukaan. Kondisi demikian terjadi akibat perairan Danau Maninjau diaduk-aduk badai.  “Racun yang mengapung ke permukaan menyebabkan ikan mabuk dan mati,” ujarnya.

Badai yang paling ditakuti petani KJA adalah ‘angin darek.’ Badai tersebut sangat kuat, dan mampu mengaduk-aduk dasar danau. Namun akhir-akhir ini ‘angin darek’ tidak bertiup.  

Kematian ikan bukan disebabkan ‘tubo belerang,’ tetapi diduga kuat akibat racun yang dikandung residu pakan ikan.(mc agam/toeb)