- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Senin, 23 Desember 2024 | 15:35 WIB
: FMB 9 : Prediksi Cuaca dan Antisipasi Bencana Jelang Nataru 2023/2024/Foto: InfoPublik
Oleh Dian Thenniarti, Jumat, 22 Desember 2023 | 21:10 WIB - Redaktur: Untung S - 98
Jakarta, InfoPublik - Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem dan bencana selama periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru).
"Perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem (hujan lebat - ekstrem, disertai kilat dan petir, serta angin kencang), gelombang tinggi, dan banjir rob/pasang surut yang berpotensi terjadi selama periode Nataru 2023/2024. Himbauan ini juga diperuntukkan bagi keselamatan moda transportasi baik darat, laut, maupun udara," ujar Guswanto dalam konferensi pers FMB 9 berjudul Prediksi Cuaca dan Antisipasi Bencana Jelang Nataru 2023/2024 yang di selenggarakan pada Jumat (22/12/2023).
Adapun ia merinci, kondisi cuaca selama periode Nataru 2023/2024 secara umum di wilayah Indonesia akan berpotensi mengalami curah hujan dalam kategori ringan - lebat. Untuk periode sebelum Nataru (19 - 24 Desember 2023) berpotensi hujan lebat terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua.
Saat Nataru (25 Desember 2023 - 01 Januari 2024) berpotensi hujan lebat di Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur; dan setelah periode Nataru (02 - 06 Januari 2024) berpotensi hujan lebat di Sumatra Barat, Kepulauan Riau, dan Jawa Tengah.
Sementara berdasarkan perkembangan musim hujan Dasarian I Desember 2023, dari jumlah Zona Musim (ZOM) sebanyak 292 ZOM/42 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim hujan. Kemudian berdasarkan prediksi puncak musim hujan mayoritas wilayah Indonesia akan memasukinya pada Januari dan Februari 2024 dengan sebanyak 385 ZOM atau 55 persen.
Sementara terkait kesiapan dan antisipasi BMKG menghadapi bencana gempabumi dan tsunami saat periode Nataru tahun ini, terutama di daerah rawan bencana, Guswanto menjabarkan bahwa BMKG memiliki sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), di mana sistem peringatan dini dioperasikan dengan kolaborasi yang holistik dan terintegrasi secara menerus.
"Sistem itu dimonitoring selama 24/7 guna memberikan pelayanan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami yang cepat, tanggap, dan akurat. BMKG juga sudah membuat dan mendesiminasikan terkait peta rawan tsunami dan gempabumi selama periode Nataru," katanya.
Kemudian untuk mitigasi terhadap bencana gempabumi dan tsunami, meskipun gempa bumi tidak bisa di prediksi, namun BMKG sudah berkoordinasi dengan stakeholder ataupun pemerintah daerah terkait adanya jalur evakuasi di beberapa wilayah yang rawan terjadi gempabumi dan tsunami seperti wilayah pesisir.
"Sudah dibuatkan peta rawan tsunami dan gempa bumi selama Nataru, termaauk jalur-jalur evakuasinya dengan stakeholder baik di tingkat daerah maupun pusat," ucap Guswanto.
Oleh karena itu, sebagai langkah mitigasi atau pencegahan resiko bencana geohidrometeorologi, ia meminta masyarakat dan stakeholder untuk selalu mengupdate perkembangan informasi dan peringatan dini cuaca iklim gempabumi dan tsunami melalui aplikasi mobile dan media sosial infoBMKG.
"Kami mengimbau agar masyarakat lebih hati-hati. Masyarakat agar tidak mudah mempercayai informasi cuaca selain dari sumber resmi BMKG," tegasnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru). Menurutnya cuaca ekstrem tersebut merupakan dinamika atmosfer akibat posisi Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudera.
Potensi cuaca ekstrem yang terjadi selama pekan Nataru juga disebabkan oleh aktivitas pola tekanan rendah di Laut Cina Selatan. keberadaan pola tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan secara tidak langsung turut membentuk pola pertemuan serta belokan angin dan menyebabkan terjadinya peningkatan awan hujan di sekitar Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Waspadai untuk wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk Jawa dan Sumatera bagian selatan itu, setelah Natal hingga sampai setelah tahun baru, awal bulan. Itu potensi hujan lebat bisa sampai ekstrem dapat disertai angin kencang," ungkapnya.
Dwikorita melanjutkan, bahwa potensi cuaca ekstrem juga perlu diperhatikan sebelum perayaan Natal, terutama di wilayah utara Indonesia, yang berbatasan dengan daerah khatulistiwa. "Namun, sebelum Natal, perlu kewaspadaan di wilayah Indonesia bagian utara, terutama di utara khatulistiwa, Sumatera Utara, Aceh, dan Kalimantan," tambahnya.
Selain cuaca ekstrem, Dwikorita juga menyebut bahwa selama musim Nataru ini, terdapat potensi gelombang tinggi di Samudera Hindia, Pasifik, dan Selat Sunda. Ia juga mengingatkan mengenai arus laut dan angin kencang. Karenanya, Ia meminta kepada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, nelayan, dan masyarakat umumnya meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut.
Untuk mengantisipasi cuaca ekstrem Nataru, BMKG telah menyediakan akses informasi cuaca terintegrasi jalur transportasi. Secara khusus, BMKG menyediakan akses informasi di jalur pelayaran melalui situs INAWIS yang digunakan untuk melihat prakiraan cuaca beberapa hari sebelum kejadian gelombang tinggi.
BMKG sendiri mendirikan posko kesiapsiagaan dengan mengirim mobile radar cuaca dan alat observasi yang dipasang di pelabuhan Merak, Bakauheni dan Juanda. Radar cuaca akan menyajikan informasi terbaru setiap 10 menit, sehingga akan menjadi dasar peringatan dini ketika cuaca buruk terjadi.